DASAR-DASAR PENGETAHUAN
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
Oleh: Arini Dwi Putri
Istilah epistemologi pertama kali digunakan oleh J.F.Ferrier pada
tahun 1854 untuk membedakannya dengan cabang filsafat lainnya yaitu ontology.
Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani yakni, episteme dan logos.
Epistemologi dapat dimengerti sebagai teori pengetahuan. Berbicara mengenai pengetahuan, paper
ini membicarakan mengenai dasar-dasar pengetahuan. Ada beberapa hal yang akan
dibahas tentang dasar-dasar pengetahuan diantaranya;
•DASAR-DASAR
PENGETAHUAN
•PENALARAN
•LOGIKA
•SUMBER
PENGETAHUAN
•TEORI KEBENARAN
Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk
yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan.
Pengetahuan mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal yakni;
a.
Manusia
mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut;
b.
Manusia
mampu mengembangkan pengetahuannya adalah kemamapuan berpikir menurut suatu
alur kerangka berpikir tertentu.
Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri
tertentu. Ciri pertama ialah adanya suatu pola berpikir yang secara luas,
sedangkan ciri yang kedua penalaran adalah sifat analitik dari proses
berpikirnya.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar
kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu.
Cara penarikan kesimpulan disebut logika.
Logika
Logika didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih. Model-model penarikan kesimpulan atau
penalaran diantaranya;
- Induktif; cara berpikir dengan menarik kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
- Deduktif; Cara berpikir dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Baik logika deduktif maupun induktif, dalam proses penalarannya,
mempergunakan premis-premis yang berupa pengetahuan yang dianggapnya benar atau bisa dikatakan bagaimana manusia
mendapatkan pengetahuan yang benar.
Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan ialah yang menjadi titik-tolak atau apa yang
merupakan objek pengetahuan itu sendiri. Dalam sejarah filsafat, Plato dan
Aristoteles adalah dua filsuf yang memiliki pandangan yang berbeda terkait
sumber pengetahuan. Pertama,
rasionalisme yang mendasarkan diri kepada rasio sebagai sumber terpercaya dan
utama bagi pengetahuan. kaum rasionalis percaya bahwa proses pengetahuan bisa
dicapai tanpa bergantung pada pengamatan (pengalaman) atau tanpa penggunaan
metode empiris. Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif dalam menyusun
pengetahuannya.
Kedua, empiris yang
mendasarkan diri bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat penalaran
rasional yang abstrak namun melalui pengalaman yang konkret atau dapat
dinyatakan lewat tangkapan pancaindra. Kaum empiris menggunakan metode induktif
dalam menyusun pengetahuannya
Di samping rasionalisme dan empirisme masih terdapat cara untuk
mendapatkan pengetahuan yang lain diantaranya; intuisi dan wahyu. Intuisi
merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu.
Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Wahyu merupakan
pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan
lewat nabi-nabi yang diutusnya sepanjang zaman.
Metode dan Kebenaran Filsafat
Tidak seperti ilmu pengetahuan, filsafat tidak menggunakan
metode-metode empiris seperti survei atau eksperimen. Filsafat bukan ilmu
empiris, yang meneliti hubungan sebab akibat atau korelasi antara satu atau
lebih variabel dengan variabel lainnya. Filsafat pun tidak membatasi gejala
berdasarkan pada populasi dan sampel. Filsafat tidak menggunakan instrumen
pengambilan data seperti interview, kuesioner, karena persoalan filsafat sangat
luas tidak dibatasi oleh populasi dan sampel, maka satu-satunya alat atau
metode yang digunakan oleh filsafat adalah kemampuan berpikir logis dan
rasional.
Ada banyak metode filsafat diantaranya metode dialektika, kritik
transendental, metode kritis, metode historis dan lain-lain.
Dalam epistemologi dan filsafat ilmu pengetahuan dikenal sejumlah
teori kebenaran, yaitu: teori korespondensi, teori koherensi, teori kebenaran
pragmatis, teori performatif dan teori konsensus.
a.
Teori
korespondensi (Bertrand Rusell); teori kebenaran yang sesuai fakta (kenyataan)
atau Aristoteles menyebutnya sebagai teori penggambaran atau teori cermin.
b.
Teori
koherensi; teori kebenaran yang menganggap benar jika pernyataan bersifat
koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap
benar.
c.
Teori
pragmatis (C.S.Pierce, William James, dan John Dewey); teori kebenaran jika
suatu pernyataan diukur dengan kriteria fungsi fungsionaldalam kehidupan
praktis. Contoh teori matahari.
d.
Teori
performatif (John Langshaw Austin); tentang kebenaran bahwa suatu pernyataan
disebut benar jika diputuskan atau dikemukakan oleh orang-orang atau
tokoh-tokoh yang memiliki otoritas tertentu di bidangnya.
e.
Teori konsensus; teori kebenaran yang dinyatakan pada
pengakuan suatu komunitas yang mendukung pernyataan tersebut.
Sumber Referensi
Abidin, Zainal. 2012. Filsafat Barat. Jakarta: PT Raja
Grafindo
Lubis, Akhyar Lubis. 2016. Filsafat Ilmu: Klasik hingga
Kotemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo
Suriasumantri, Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu: Sebuah
Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Komentar
Posting Komentar