ANALISIS VARIASI NAMA DIRI BIMA DALAM WAYANG PURWA (KAJIAN SEMANTIK) EMBRIO TESIS



ANALISIS VARIASI  NAMA DIRI BIMA DALAM WAYANG PURWA
(KAJIAN SEMANTIK)
EMBRIO TESIS
Oleh Arini Dwi Putri
Diajukan untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Filsafat Ilmu
 Dosen Pengampu: Prof. Dr. Aceng Rahmat, M.Pd.
Abstrak
Latar belakang penelitian ini adalah rasa ketertarikan peneliti terhadap tokoh Wayang Purwa. Selain itu, di Indonesia Wayang Purwa mempengaruhi para seniman sastra dalam proses menciptakan karya dan di Indonesia tokoh Wayang Purwa utama tkoh Pandawa menjadi idola semenjak film Mahabharata ditayangkan oleh pihak stasiun televisi Indonesia. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana variasi nama Bima dalam Wayang Purwa (yang merupakan salah satu tokoh Pandawa)?
Teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori bahasa yakni, Semantik (fokus bab penamaan atau naming). Metode yang akan digunakan adalah metode analisis isi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumen yang berhubungan dengan fokus masalah.
Pendahuluan
Wayang Purwa merupakan salah satu kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Wayang Purwa biasa terdapat di Bali dan Jawa, mengangkat budaya Hindu. Wayang Purwa mengangkat cerita dari kitab Mahabharata dan Ramayana, kitab yang menjadi sumber kehidupan bagi umat Hindu. Tokoh Pandawa memiliki peran penting dalam Wayang Purwa. Setiap tokoh Pandawa memiliki variasi nama diri.
Dalam masyarakat  Jawa dan Bali, masyarakat menggunakan nama dan variasi nama tokoh Pandawa sebagai tanda pengenal diri. Arjuna, Bima, Yudhistira, Nakula dan Sadewa, nama-nama tokoh ini sering digunakan masyarakat Jawa dan Bali. Di balik nama-nama tokoh tersebut memiliki makna sesuai dengan latar belakang proses penamaan. Ada cerita dan alasan di balik nama tokoh Pandawa.  
Landasan Ontologi
Hakikat penelitian yang akan dikaji
1.    Penamaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi keempat 2008, penamaan adalah proses, cara, perbuatan menamakan. Sedangkan menurut Kridalaksana (1993), penamaan adalah sebagai proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek konsep, proses, dan sebagainya, biasanya dengan memanfaatkan perbendaharaan yang ada antara lain dengan perubahan-perubahan makna yang mungkin atau dengan penciptaan kata atau kelompok kata.
2.    Bima
Dalam Baoesastra Djawa yang disusun oleh W.J.S. Purwadarminta, Bima berarti ‘menakutkan’ atau ‘menyeramkan’. Dalam kamus Sansekerta, Bima memiliki dua arti. Arti pertama adalah ‘menakutkan’ arti kedua adalah ‘putra kedua Pandu’. Variasi nama Bima dalam Wayang Purwa adalah Bimasuci, Bayuputra, Bratasena, dan Wrekodara.
3.    Wayang Purwa
Wayang Purwa adalah lambang kehidupan manusia di dunia ini. Purwa berarti terdahulu atau yang pertama, oleh karena itu lakon wayang purwa menggambarkan kisah tentang kitab Mahabarata dengan inti cerita perang “Barata Yuda” Yaitu perang saudara keturunan Barata, yaitu antara keluarga Pandawa dan Astina yang memperebutkan kerajaan Amartapura yang akhirnya dimenangkan oleh keluarga Pandawa. Cerita wayang Purwa ini pada awalnya berwujud lukisan yang dibuat pada daun lontar oleh Prabu Jayabaya raja Kediri.
Kemudian di masa kerajaan Majapahit sampai Demak terjadi perubahan bentuk wayang baik teknik maupun bahan baku pembuatan wayang seperti apa yang kita lihat sampai sekarang. Yaitu melalui proses pahatan, lukisan dengan bentuk pandang samping terbuat dari kulit khewan. Menurut R. Samsudjin Proboharjono, jumlah wayang dalam satu kotak berisi kurang lebih 200 wayang.
4.    Semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan” yang dimaksud dengan tanda atau lambang disini sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Sussure (1966), yaitu terdiri dari komponen yang mengartikan yang berwujjud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini adalah merupakan tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk.
Menurut Palmer (1981: 1), “Semantics is the technical term used to refer to the study of meaning, and since meaning is a part of language, semantics is a part of linguistics”. Menurutnya sebagai istilah teknis yang mengacu pada ilmu mengenai makna dan jika beranggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka merupakan bagian dari linguistik.
Dalam Odien dan Suherlan (2004: 242), Kridalaksana menyatakan bahwa semantik adalah (i) bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna sesuatu wicara, dan (ii) sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya (semantik adalah bagian dari tata bahasa yang meneliti makna dalam bahasa tertentu, mencari asal mula dan perkembangan dari arti suatu kata). Kemudian Verhaar (dalam Pateda, 2010: 6), mendefinisikan semantik sebagai cabang linguistik arti atau makna. Lebih lengkap Keraf (2010: 23) menegaskan bahwa dalam semantik hanya membicarakan tentang makna kata dan perkembangan makna kata.
Dari pernyataan Kridalaksana, dapat diketahui bahwa melalui semantik dapat mencari asal atau meneliti makna sampai perkembangan arti suatu kata dalam bahasa tertentu. Diketahui pula Verhaar memberikan definisi bahwa semantik merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang membicarakan makna atau arti kata. Dipertegas juga oleh Keraf bahwa semantik itu hanya membicarakan tentang makna kata dalam suatu bahasa beserta perkembangan makna kata tersebut.
Berdasarkan berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa semantik adalah salah satu bagian ilmu bahasa yang memiliki hubungan dengan ilmu bahasa yang lainnya dan merupakan ilmu bahasa yang meneliti atau membicarakan tentang ilmu makna dalam suatu bahasa tertentu.
Landasan Epistemologi
Pemilihan dan penentuan metode penelitian tidak dapat dipisahkan dari pertanyaan masalah dan tujuan penelitian karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan latar belakang dan makna dari variasi nama diri tokoh Bima dalam Wayang Purwa maka metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Metode deskriptif kualitatif dimaksudkan untuk mengkaji masalah tanpa didesain atau dirancang menggunakan prosedur-prosedur statistik suatu objek berupa gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Seperti yang dinyatakan oleh Moleong (2007: 6), metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konsep khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Tujuan dari analisis data adalah untuk memecahkan masalah-masalah penelitian. Teknik analisis data yang dipilih dalam penelitian ini adalah teknik content analysis atau kajian isi. Menurut Weber (dalam Moleong, 2007: 220), kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1.    Mengumpulkan data-data yang diperlukan berupa latar belakang dan makna dari variasi nama diri tokoh Bima dalam Wayang Purwa dari berbagai sumber;
2.  Mendeskripsikan makna data penelitian berdasarkan makna semantik dan selanjutnya menarik kesimpulan.
Landasan Aksiologis
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis, yaitu sebagai berikut.
Manfaat teoritis merupakan manfaat yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan, yaitu ilmu kebahasaan. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori kebahasaan dalam hal penamaan. Hasil penelitian ini memberikan contoh konkret analisis latar belakang dan makna dari variasi nama diri tokoh Bima dalam Wayang Purwa. Selain manfaat teoritis terdapat pula manfaat praktis, diantaranya;
Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk mengetahui tentang ilmu semantik terutama pada bagian penamaan.
Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi pembanding atau pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya terhadap penamaan dalam bidang ilmu semantik.

Penutup
            Penelitian ini menganalisis tentang variasi nama diri Bima dalam Wayang Purwa, sesuai dengan teori semantik utama tentang penamaan. Menganalisis latar belakang dan cerita serta makna setiap  variasi nama diri Bima. Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan ddapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.   




DAFTAR PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat. 2008. Jakarta: PT Gramedia.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Palmer, F.R. 1981. Semantics Second Edition. New York: University Of Cambridge.
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. PT Rineka Cipta: Jakarta.
Pendit, S. Nyoman. 2010. Mahabharata. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suherlan & Odien. R. 2004. Ihwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya: Pengantar Memahami Linguistik. Serang: FKIP Untirta Press.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

AKSIOLOGI: NILAI KEGUNAAN ILMU

makalah filsafat dari masa ke masa

Embrio Tesis: Nurul Ulum