EMBRIO TESIS





NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL
HAFALAN SHALAT DELISA
KARYA TERE LIYE
( Penulis : ANITA )

LANDASAN ONTOLOGIS
A. Nilai-nilai Pendidikan

1.       Pengertian Nilai-nilai Pendidikan

Nilai termasuk dalam bidang kajian filsafat yang dimaksud dengan filsafat nilai atau aksiologi. “Istilah aksiologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, terdiri dari kata “aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” yang berarti teori. Jadi, aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai”.[1]

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nilai diartikan sebagai 1) harga (di arti taksiran harga); 2) harga uang (dibandingkan dengan harga uang yang lain); 3) angka kepandaian; 4) banyak sedikitnya isi; kadar; mutu; 5) sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan; 6) sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya.[2] Maka, nilai menurut KBBI adalah suatu harga yang diartikan sebagai hal yang penting dan berguna bagi manusia.

Nilai atau value (Inggris) yang berasal dari kata valere (Latin) yang berarti kuat, baik, berharga. Maka, nilai (value) adalah sesuatu yang berguna. Nilai juga diartikan sebagai sesuatu yang berharga, baik, dan berguna bagi  manusia. Selain itu, nilai merupakan suatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena suatu itu berguna, keyakinan, memuaskan, menarik, menguntungkan, dan menyenangkan.[3]
Nilai biasanya digunakan untuk menunjuk kata benda yang abstrak, yang dapat diartikan sebagai keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Jadi, nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Bagi manusia, nilai dijadikan landasan, alasan, atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik disadari maupun tidak.[4]
Nilai juga bersifat abstrak, seperti sebuah ide, dalam arti tidak dapat ditangkap melalui indra, yang dapat ditangkap adalah objek yang memiliki nilai. Misalnya, keadilan, kecantikan, kedermawanan, kesederhanaan. Meskipun abstrak, nilai merupakan realitas, yakni sesuatu yang ada dan dibutuhkan manusia.
Nilai juga bersifat normatif, yaitu suatu keharusan yang menuntut diwujudkan dalam tingkah laku. Misalnya, nilai keadilan. Orang hidup mengharapkan mendapat keadilan, maka kemakmuran adalah keinginan setiap orang. Selain itu, nilai menjadi pendorong/motivator hidup manusia berupa tindakan manusia. Misalnya, kepandaian. Setiap siswa berharap menjadi pandai. Maka, setiap siswa tergerak untuk melakukan berbagai perilaku supaya menjadi pandai.[5]
2.       Hakikat Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik, mendidik, yang memiliki arti “memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran”.[6] Sedangkan pendidikan diartikan sebagai “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik”.[7]
Menurut Abu Ahmadi dkk. yang dikutip oleh Uyoh Sadullah, bahwa pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogie, terdiri dari kata pais yang berarti anak dan again yang berarti membimbing. Jadi paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak.[8]
Pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan luas. Dalam pengertian secara khusus, Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Sedangkan pengertian pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat.[9] Jadi, pengertian pendidikan dalam arti khusus dan luas adalah usaha manusia yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak didik untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Adapun pengertian pendidikan menurut para ahli yaitu menurut John Dewey yang dikutip oleh Muzayyin Arifin, mengemukakan bahwa “pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa”. [10]
Berdasarkan teori yang telah diuraikan di atas, maka yang dimaksud dengan nilai-nilai pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam mengembangkan potensi dan kemampuannya sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam dirinya dan menuju terbentuknya kepribadian yang Islami, dan agar berguna bagi dirinya, masyarakat, dan negara.
3.       Tujuan Nilai-nilai Pendidikan
Pendidikan merupakan bagian dari upaya untuk membantu manusia memperoleh kehidupan yang bermakna hingga diperoleh suatu kebahagiaan hidup, baik secara individu maupun kelompok. Dan tujuan pendidikan dihasilkan dari rumusan kehendak dan cita-cita yang akan dicapai, yang menurut pertimbangan dapat memberi kebahagiaan dan makna hidup bagi manusia.[11] Penekanan dalam tujuan pendidikan yaitu terbentuknya anak didik yang bermoral dalam kehidupan masyarakat. Tujuan dalam pengajaran pendidikan sejatinya adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif, yang memuat nilai-nilai Islami yang harus ditanamkan terhadap anak didik.[12]
Dalam sistem operasionalisasi kelembagaan pendidikan, terdapat beberapa tujuan pendidikan, yaitu sebagai berikut:
a.       Tujuan instruksional khusus (TIK), diarahkan pada setiap bidang studi yang harus dikuasai dan diamalkan oleh anak didik.
b.       Tujuan instruksional umum (TIU), diarahkan pada penguasaan atau pengamalan suatu bidang studi secara umum atau garis besarnya sebagai suatu kebulatan.
c.       Tujuan kurikuler, yang ditetapkan untuk dicapai melalui garis-garis besar program pengajaran di tiap institusi pendidikan.
d.       Tujuan institusional, adalah tujuan yang harus dicapai menurut program pendidikan di tiap sekolah atau lembaga pendidikan tertentu, seperti tujuan institusional SLTP/SLTA.
e.       Tujuan nasional, adalah cita-cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalui proses kependidikan dengan berbagai cara atau sistem, baik sistem formal, nonformal, maupun informal.[13]
Demikian pula dengan tujuan pendidikan Islam yang harus dilaksanakan dengan semaksimal mungkin. Menurut Al-Ghazali yang dikutip oleh Helmawati, bahwa tujuan pendidikan yang diterapkan orang tua pada anaknya tercermin dalam dua segi, yaitu insan purna yang bertujuan mendekatkan diri pada Allah SWT., dan insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.[14]
Menurut Ibnu Taimiyah yang dikutip oleh Abdul Mujib, bahwa tujuan pendidikan Islam yaitu tercapainya pendidikan tauhid dengan cara mempelajari ayat Allah SWT. dalam wahyu-Nya dan ayat-ayat fisik dan psikis; mengetahui ilmu Allah SWT.

B. Novel sebagai Media Pendidikan
1.       Pengertian Novel

Novel berasal dari bahasa novella, yang dalam bahasa Jerman disebut novella dan novel dalam bahasa Inggris, dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia.[15] Nurgiyantoro berpendapat mengenai definisi novel yang dikutip oleh Andri Wicaksono, bahwa novel yaitu sebuah karya yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun tidak terlalu pendek.[16]
Menurut Fahrurrozi dan Andri Wicaksono, novel merupakan hasil khayalan atau sesuatu yang sebenarnya tidak ada.[17] Sedangkan menurut Semi yang dikutip oleh Andri Wicaksono menyatakan bahwa novel mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupan pada suatu saat tegang, dan pemusatan kehidupan yang tegas dan mengungkap aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.[18] Jadi, yang dimaksud dengan novel adalah suatu jenis karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang panjang dan luas, yang didalamnya menceritakan konflik-konflik kehidupan manusia yang dapat mengubah nasib tokohnya dan mengugkap aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.
2.       Biografi Tere Liye
Tere Liye bukanlah nama Asli seseorang. Tetapi, Tere Liye merupakan nama pena, nama tersebut berasal dari bahasa India; artinya untuk-mu; untuk teman, kakak, adik, ibu, bapak, tetangga, tapi sungguh di atas segalanya, hanya untuk-Mu.[19]
Nama asli Tere Liye adalah Darwis. Darwis lahir pada tanggal 21 Mei 1979 di pedalaman Sumatera Selatan. Ia merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara yang berasal dari keluarga petani. Pendidikan sekolah dasarnya ia lalui di SDN 2 Kikim Timur Sumasel, setelah lulus kemudian melanjutkan ke SMPN 2 Kikim Timur Sumsel lalu mengenyam pendidikan menengah atas di SMUN 9 Bandar Lampung. Terakhir ia kuliah di Fakultas Ekonomi UI.
Dari pernikahan Tere Liye dengan Ny.Riski Amelia di karunia seorang putra bernama Abdullah Pasai dan seorang puteri bernama Faizah Azkia.
Karya Tere Liye biasanya mengetengahkan seputar pengetahuan, moral dan Agama Islam. Penyampaiannya yang unik serta sederhana menjadi nilai tambah bagi tiap novelnya.
3.       Karya-karya Tere Liye
Berikut ini merupakan karya-karya penulis Tere Liye:
1. Hafalan Shalat Delisa (Penerbit Republika, 2005)
2. Moga Bunda Disayang Allah (Penerbit Republika, 2005)
3. Mimpi-Mimpi Si Patah Hati (Penerbit AddPrint, 2005)
4. The Gogons Series: James & Incridible Incodents (Gramedia Pustaka Umum, 2006)
5. Cintaku Antara Jakarta dan Kualal Lumpur (Penerbit AddPrint, 2006)
6. Rembulan Tenggelam di Wajahmu (Grafindo 2006 & Republika 2009)
7. Bidadari-Bidadari Surga (Penerbit Republika, 2008)
8. Senja Bersama Rosie (Penerbit Grafindo, 2008)
9. Burlian (Penerbit Republika, 2009)
10. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka Umum, 2010)
11. Pukat (Penerbit Republika, 2010)
12. Eliana, Serial Anak-Anak Mamak, (Republika, 2011)
13. Ayahku (Bukan) Pembohong, (Gramedia Pustaka Utama, 2011)
14. Sepotong Hati Yang Baru, (Penerbit Mahaka, 2012)
15. Negeri Para Bedebah, (Gramedia Pustaka Utama, 2012)
16. Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah, (Gramedia Pustaka Utama, 2012)
17. Berjuta Rasanya (Penerbit Mahaka, 2012)
18. Negeri Di Ujung Tanduk, (Gramedia Pustaka Utama, 2013)
19. Amelia, Serial Anak-Anak Mamak 1, (Republika, 2013)
20. Bumi, (Gramedia Pustaka Utama, 2014)2
21. Kisah Sang Penandai (Penerbit Mahaka 2011)
22. Dikatakan Atau Tidak Dikatakan, Itu Tetap Cinta (Gramedia Pustaka Utama 2014)
23. Rindu (Penerbit Republika, 2014)
24. Bulan (Gramedia Pustaka Utama 2015)
25. Pulang (Penerbit Republika 2015)
26. #ABOUTLOVE (Gramedia Pustaka Utama 2015)
27. Hujan (Gramedia Pustaka Utama 2016)
28. Matahari (Gramedia Pustaka Utama 2016)3
4.       Pengertian Media Pendidikan
Media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti „tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara ( عَبئ ) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.[20] “Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima”.[21]
“Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT), membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.”[22]Sedangkan Hamidjojo yang dikutip oleh Azhar Arsyad, “memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju”.[23]
Jadi, media pendidikan adalah seperangkat alat bantu yang digunakan pendidik guna memudahkannya dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik, supaya peserta didik dapat meningkatkan motivasi dan minatnya dalam proses pembelajaran.
5.       Novel sebagai Media Pendidikan
Dalam proses pendidikan, metode cerita merupakan salah satu metode yang dapat disampaikan kepada peserta didik. Karena dalam Islam pun menyadari sifat alamiah manusia yang menyenangi cerita dan memiliki pengaruh yang besar. Dan juga, dalam pendidikan Islam, metode kisah (cerita) mempunyai fungsi edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lain selain bahasa. Hal ini disebabkan kisah memiliki bebserapa keistimewaan yang membuatnya mempunyai dampak dan implikasi psikologis dan edukatif. [24] Oleh karena itu, metode cerita ini dijadikan salah satu teknik dalam proses pendidikan.
Adapun cerita yang disampaikan bisa didapatkan melalui buku bacaan seperti novel. Karena peranan novel tidak hanya sekedar menghibur tetapi juga mengajarkan sesuatu kepada para pembacanya. Dengan demikian, jenis novel yang dipilih haruslah bersifat edukatif, yakni yang dapat mengubah pola pikir dan kebiasaan pembacanya.
Novel Hafalan Shalat Delisa dapat dijadikan sebagai salah satu media pendidikan yang menawarkan nilai-nilai pendidikan dan spiritual Islam pada setiap orang yang membaca dan mengkajinya.
6.       Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel
Suatu karya sastra mengandung ajaran-ajaran berupa nilai-nilai yang tersembunyi, dan nilai-nilai tersebut mampu menambah wawasan manusia dalam memahami kehidupan. Dalam karya sastra, yakni novel, terdapat berbagai nilai hidup dihadirkan karena memiliki nilai positif yang mampu mengajarkan dan mendidik manusia ke arah yang lebih baik.
Adapun nilai-nilai pendidikan dalam novel sebagai berikut.[25]
a.       Nilai Pendidikan Religius
Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya sastra dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius dalam sastra bersifat individual dan personal. Nilai religius yang merupakan nilai keohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
b.       Nilai Pendidikan Moral
Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam karya sastra, makna yang disaratkan lewat cerita. Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika yakni nilai baik-buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat dan alam sekitar. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.
c.       Nilai Pendidikan Sosial
Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Nilai sosial yang ada dalam karya sastra dapat dilihat dari cerminan kehidupan masyarakat yang diinterpretasikan. Dan nilai pendidikan sosial menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya. Jadi, nilai sosial dapat disimpulkan sebagai kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui perilaku yang mempengaruhi perilaku seseorang yang memiliki nilai tersebut.
d.       Nilai Pendidikan Budaya
Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam waktu singkat. Sisitem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Maka, sistem nilai budaya menempatkan pada posisi sentral dan penting dalam kerangka suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan benda-benda material sebagai hasil dari penuangan konsep-konsep nilai melalui tindakan berpola. Adapun nilai-nilai budaya yang terkandung dalam novel dapat diketahui melalui penelaahan terhadap karakteristik dan perilaku tokoh-tokoh dalam cerita.
C. Kerangka Berpikir
Nilai-nilai pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam mengembangkan potensi dan kemampuannya sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam dirinya dan menuju terbentuknya kepribadian yang Islami, dan agar berguna bagi dirinya, masyarakat, dan negara. Novel Hafalan Shalat Delisa dapat dijadikan sebagai salah satu media pendidikan yang menawarkan nilai-nilai pendidikan dan spiritual Islam pada setiap orang yang membaca dan mengkajinya.


LANDASAN EPISTIMOLOGIS

A.     Jenis, Pendekatan, dan Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian studi pustaka (library research), yaitu bahan dokumenter yang tertulis. [26] Artinya meneliti buku-buku yang ada relevansinya dengan permasalahan yang sedang dibahas. Adapun pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif, dimana peneliti memaparkan gambaran mengenai hal yang diteliti dalam bentuk naratif.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif, yakni penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif. “Menurut Strauss dan Corbin yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran)”.[27] Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan dalam novel Hafalan Shalat Delisa.
B.     Sumber Data
a. Data Primer
“Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh perorangan/organisasi langsung melalui objeknya”. [28] Dan data langsung ini diperoleh dari novel Hafalan Shalat Delisa yang secara langsung menjadi objek dalam penelitian skripsi ini.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dijadikan alat bantu dalam menganalisa masalah yang muncul. Yakni dengan buku-buku, artikel dari internet, dan sebagainya yang terkait dengan nilai-nilai pendidikan dalam novel Hafalan Shalat Delisa.
C.     Teknik Pengumpulan Data
“Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”.[29] Dokumentasi ini berupa buku-buku dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pokok pembahasan. Penelusuran dokumentasi ini penting untuk mengumpulkan data guna menjadi rujukan, sehingga dapat menemukan teori-teori yang bisa dijadikan bahan pertimbangan berkenaan dengan masalah nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel.
Adapun teknik dalam pengambilan datanya yaitu peneliti membaca terlebih dahulu novel Hafalan Shalat Delisa; memberi tanda bagian mana saja yang akan dibahas dan diteliti; menyusun berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti; menganalisis dengan menghadirkan penjelasan-penjelasan dari sumber pendukung yaitu dari buku-buku maupun hadits terkait.
D.     Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan peneliti adalah dengan teknik analisis isi (content analysis), yaitu “teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan yang penggarapannya secara obyektif dan sistematis”.[30] Penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan apa yang menjadi masalah, kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang ada berdasarkan isi novel.
Adapun tahapan penelitian yang dilakukan dalam menganalisis novel tersebut yaitu dimulai dari tahapan pembacaan, pencatatan, hingga analisis dokumen.
Rincian tahapan-tahapannya yaitu mengambil dari beberapa kalimat atau alinea pada novel Hafalan Shalat Delisa; menyusun berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dan diteliti; dan menganalisis dengan memberikan pemaparan dan penjelasan dari buku-buku dan juga hadits yang terkait dengan pokok permasalahan.
Adapun tahapan-tahapan tersebut, peneliti menggunakan model interaktif dalam menganalisis data. Menurut Miles dan Huberman, “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification”.[31]
a.       Reduksi data atau data reduction
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b.       Penyajian data atau data display
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, tetapi yang paling sering digunakan adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Pada tahapan ini, data-data yang sudah ditetapkan kemudian disusun secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami, dan selanjutnya dianalisis sehingga diperoleh deskripsi tentang nilai-nilai pendidikan.
c.       Penarikan kesimpulan atau conclusion drawing/verification
Tahapan terakhir adalah dengan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada, yakni berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.[32]

LANDASAN AKSIOLOGIS
BAGI PENULIS DAN LINGKUNGAN SEKITAR

Berdasarkan kajian yang dilakukan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa ada nilai-nilai pendidikan yang dapat diambil dari novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye, yaitu:
1.       Kebersihan dan Kesucian
Dengan melaksanakan shalat, umat Islam dianjurkan untuk selalu bersih badan maupun pakaiannya, karena akan menghadap Allah yang Mahs Suci, yaitu dengan cara berwudhu. Dalam wudhu telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. dengan cara membasuh beberapa anggota tubuh yang sudah ditentukan. Berdasarkan hal ini maka dipahami bahwa kebersihan memiliki kaitan yang sangat erat dengan ibadah. Dan bahkan status hukum dari suatu Ibadah (sah dan tidak sah) sangat ditentukan oleh faktor-faktor kebersihan.
2.       Kejujuran dan Kedisiplinan
Kesadaran akan pentingnya jujur harus ditanamkan sejak kecil dan harus dimiliki setiap pribadi muslim. Karena kejujuran ini akan mendapatkan simpati dan penghargaan tersendiri di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Dan sikap jujur akan menunjukkan pada kebaikan, dan kebaikan itu menuju pada surga. Maka, sebagai manusia hendaknya kejujuran tertanam dalam hati, baik itu jujur dalam perkataan maupun dalam perbuatan.
Kedisiplinan dalam melaksanakan shalat sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW. dengan cara mengerjakan shalat lima waktu sesuai yang telah disyariatkan kepada umat Islam. Sebab, shalat lima waktu merupakan latihan pembiasaan disiplin pribadi pada setiap muslim sehingga dapat menumbukan kebiasaan untuk secara teratur dalam hidup.
3.       Kesabaran dan Keikhlasan
Kesabaran merupakan akhlak yang tercermin dalam pribadi manusia baik dalam menghadapi segala cobaan dan ujian, maupun musibah yang meminpanya. Dengan bersabar maka setiap manusia akan selalu ingat akan kuasa dan kehendak Allah SWT., serta selalu meminta pertolongan-Nya. Dengan begitu, umat muslim akan selalu ingat pada janji Allah berupa balasan yang amat baik berupa pahala.
Keikhlasan merupakan suatu amalan yang berkaitan dengan kesungguhan hati dalam memperoleh suatu keinginan, yaitu menghadapi ujian hafalan shalat. Dengan keikhlasan hendaknya mendekatkan diri kepada Allah semata, bukan mengharapkan suatu hadiah atau imbalan. Namun, ia hanya memikirkan apakan amalnya akan diterima oleh Allah atau tidak, dan melalukan suatu amalan hanya karena Allah taala.
4.       Tanggung Jawab dan Percaya Diri
Tanggung jawab terhadap suatu hal harus dikerjakan dengan sepenuh hati. Di antaranya yaitu membantu dan membimbing seseorang dalam menghafalkan bacaan shalat sesuai dengan yang ditugaskan kepada setiap anak selagi ia belajar memperdalam ibadahnya. Dan Allah telah
memberikan balasan terhadap semua amal perbuatan manusia kepada mereka yang berbuat baik. Berdasarkan hal ini, maka tanggung jawab yang diemban oleh seseorang akan mendapat balasan dari Allah SWT. karena telah membantu menghafalkan bacaan shalat dengan sepenuh hati.
Percaya diri yang tumbuh dalam setiap pribadi manusia dengan mengawalinya membaca taawudz dan basmalah merupakan akhlak seorang muslim yang senantiasa mengingat Allah pada setiap keadaan, termasuk dalam menyetorkan hafalan bacaan shalat di sekolah. Hal ini merupakan kepercayaan diri seorang Muslim sebagai manusia yang senantiasa mendidik dirinya berupa keyakinan terhadap dirinya sendiri dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk memperoleh kemenangan berupa keberhasilan dan kemuliaan di hadapan Allah SWT.

5.       Persahabatan dan Kepedulian
Persahabatan yang dilandasi oleh kasih sayang yang mendalam dan terjalin karena Allah sangat penting dijaga. Sebab, iman seseorang akan sempurna ketika ia mencintai saudaranya seperti mencintai diri sendiri. Berdasarkan hal ini, Rasulullah SAW. telah memberikan contoh yang baik mengenai memuliakan sahabat dan menjalin hubungan baik dengan para sahabat semasa hidupnya.
Kepedulian terhadap sesama manusia merupakan perbuatan baik dan akhlak yang menghiasi di setiap tingkah laku. Di antara perbuatan baiknya dengan menghibur orang yang sedih karena mengalami musibah dengan cara berlemah lembut kepada orang tersebut dalam bertutur kata.
Perbuatan baik tidak harus dilakukan kepada orang yang dikenal saja, tetapi juga bisa kepada orang yang belum dikenal. Oleh karena itu, hendaknya agar setiap manusia memiliki kepedulian terhadap sesama.


6.       Menuntut Ilmu dan Mengamalkan Ilmu
Kewajiban menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu telah dijelaskan dalam Islam, dengan tujuan yaitu agar umat manusia cerdas dan jauh dari kebodohan, serta ilmu yang didapatkan dapat disampaikan kepada orang lain agar ilmu yang diperolehnya bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.



DAFTAR PUSTAKA

Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2014

Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, Jakarta

Bumi A Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat
Hukum Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006

Helmawati, Pendidikan Keluarga, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2010

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002

Burham Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010

Andri Wicaksono, Pengkajian Prosa Fiksi, Yogyakarta: Garudhawaca, 2014

Fahrurrozi dan Andri Wicaksono, Sekilas tentan Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Garudhawaca, 2016

Tere Liye, Hafalan Shalat Delisa, Jakarta: Republika, 2008

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: RajaGrafindo, 2004

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2011

Saifuddin, Pengelolaan Pembelajaran Teoritis dan Praktis, Yogyakarta: Deepublish, 2014

Hakam Abbas, Novel Religius sebagai Media Pendidikan, 2014. Sumber Web: http://hakamabbas.blogspot.co.id/2014/02/novel-religius-sebagai-media-pendidikan.html Diakses pada tanggal 19 Mei 2017 pukul 21:06 WIB


[1] Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2014, h. 36.
[2] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003, h. 783.
[3] Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 3.
[4] Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006, h. 233
[5] Winarno, Paradigma Baru,… h. 3-4.
[6] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa,… h. 263.
[7] Ibid
[8] Helmawati, Pendidikan Keluarga, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, h. 23.
[9] Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat,… h. 54-55.
[10] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 3
[11] Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002, h. 81.
[12]Muhammad Takdir Ilahi, Revitalisasi Pendidikan Berbasis,… h. 48.
[13] M. Arifin, Ilmu Pendidikan IslamTinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan,… h. 27.
[14] Helmawati, Pendidikan,… h. 36
[15] Burham Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010, h. 9.
[16] Andri Wicaksono, Pengkajian Prosa Fiksi, Yogyakarta: Garudhawaca, 2014, h. 75.
[17] Fahrurrozi dan Andri Wicaksono, Sekilas tentan Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Garudhawaca, 2016, h. 219
[18] Andri Wicaksono, Pengkajian Prosa,… h. 76
[19] Tere Liye, Hafalan Shalat Delisa, Jakarta: Republika, 2008, h.268-269
[20] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: RajaGrafindo, 2003, h. 3.
[21] Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 25.
[22] Saifuddin, Pengelolaan Pembelajaran Teoritis dan Praktis, Yogyakarta: Deepublish, 2014, h. 129
[23] Azhar Arsyad, Media,… h. 4.
[24]Hakam Abbas, Novel Religius sebagai Media Pendidikan, 2014. Sumber Web: http://hakamabbas.blogspot.co.id/2014/02/novel-religius-sebagai-media-pendidikan.html Diakses pada tanggal 19 Mei 2017 pukul 21:06 WIB
[25] Serdadu Kataku, Analisis Nilai-nilai Pendidikan Novel Sang Pemimpi, 2012. Sumber Web: https://serdadukataku.wordpress.com/2012/12/02/analisis-nilai-nilai-pendidikan-novel-sang-pemimpi/ diakses pada 11 Mei 2017 pukul 21: 06 WIB.
[26] Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014, h. 23.
[27]Ibid. h. 6.
[28] M. Aziz Firdaus, Metode Penelitian, Tangerang: Jelajah Nusa, 2012, h. 28.
[29] Sugiyono, Metode Penelitian Pendididkan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Bandung: Alfabeta, 2012, h. 329
[30] Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Pendekatan Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1989, h. 163
[31] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,… h. 337.
[32] Ibid. h. 338-34

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AKSIOLOGI: NILAI KEGUNAAN ILMU

makalah filsafat dari masa ke masa

Embrio Tesis: Nurul Ulum