EMBRIO TESIS
NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM
NOVEL
HAFALAN SHALAT DELISA
KARYA TERE
LIYE
( Penulis : ANITA )
LANDASAN ONTOLOGIS
A. Nilai-nilai Pendidikan
1.
Pengertian
Nilai-nilai Pendidikan
Nilai termasuk dalam bidang kajian
filsafat yang dimaksud dengan filsafat nilai atau aksiologi. “Istilah aksiologi
berasal dari bahasa Yunani Kuno, terdiri dari kata “aksios” yang
berarti nilai dan kata “logos” yang berarti teori. Jadi,
aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai”.[1]
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), nilai diartikan sebagai 1) harga (di arti taksiran harga); 2) harga
uang (dibandingkan dengan harga uang yang lain); 3) angka kepandaian; 4) banyak
sedikitnya isi; kadar; mutu; 5) sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna
bagi kemanusiaan; 6) sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan
hakikatnya.[2] Maka,
nilai menurut KBBI adalah suatu harga yang diartikan sebagai hal yang penting
dan berguna bagi manusia.
Nilai atau value (Inggris) yang
berasal dari kata valere (Latin) yang berarti kuat, baik, berharga.
Maka, nilai (value) adalah sesuatu yang berguna. Nilai juga diartikan
sebagai sesuatu yang berharga, baik, dan berguna bagi manusia. Selain itu, nilai merupakan suatu
penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal yang dapat menjadi dasar
penentu tingkah laku manusia, karena suatu itu berguna, keyakinan, memuaskan,
menarik, menguntungkan, dan menyenangkan.[3]
Nilai biasanya digunakan
untuk menunjuk kata benda yang abstrak, yang dapat diartikan sebagai
keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Jadi, nilai dapat
diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Bagi manusia, nilai dijadikan
landasan, alasan, atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik
disadari maupun tidak.[4]
Nilai juga bersifat
abstrak, seperti sebuah ide, dalam arti tidak dapat ditangkap melalui indra,
yang dapat ditangkap adalah objek yang memiliki nilai. Misalnya, keadilan,
kecantikan, kedermawanan, kesederhanaan. Meskipun abstrak, nilai merupakan
realitas, yakni sesuatu yang ada dan dibutuhkan manusia.
Nilai juga bersifat
normatif, yaitu suatu keharusan yang menuntut diwujudkan dalam tingkah laku.
Misalnya, nilai keadilan. Orang hidup mengharapkan mendapat keadilan, maka
kemakmuran adalah keinginan setiap orang. Selain itu, nilai menjadi
pendorong/motivator hidup manusia berupa tindakan manusia. Misalnya,
kepandaian. Setiap siswa berharap menjadi pandai. Maka, setiap siswa tergerak
untuk melakukan berbagai perilaku supaya menjadi pandai.[5]
2. Hakikat Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik,
mendidik, yang memiliki arti “memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan,
pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran”.[6] Sedangkan
pendidikan diartikan sebagai “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik”.[7]
Menurut Abu Ahmadi dkk. yang dikutip
oleh Uyoh Sadullah, bahwa pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogie,
terdiri dari kata pais yang berarti anak dan again yang berarti
membimbing. Jadi paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak.[8]
Pendidikan dapat dilihat dalam
pengertian secara khusus dan luas. Dalam pengertian secara khusus, Langeveld
mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa
kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Sedangkan
pengertian pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat.[9] Jadi,
pengertian pendidikan dalam arti khusus dan luas adalah usaha manusia yang
diberikan oleh orang dewasa kepada anak didik untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya.
Adapun pengertian pendidikan menurut
para ahli yaitu menurut John Dewey yang dikutip oleh Muzayyin Arifin,
mengemukakan bahwa “pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar
yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan
(emosional), menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa”. [10]
Berdasarkan teori yang telah diuraikan
di atas, maka yang dimaksud dengan nilai-nilai pendidikan adalah usaha yang
dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam mengembangkan potensi dan
kemampuannya sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam dirinya dan menuju
terbentuknya kepribadian yang Islami, dan agar berguna bagi dirinya,
masyarakat, dan negara.
3.
Tujuan
Nilai-nilai Pendidikan
Pendidikan merupakan bagian dari upaya
untuk membantu manusia memperoleh kehidupan yang bermakna hingga diperoleh
suatu kebahagiaan hidup, baik secara individu maupun kelompok. Dan tujuan
pendidikan dihasilkan dari rumusan kehendak dan cita-cita yang akan dicapai,
yang menurut pertimbangan dapat memberi kebahagiaan dan makna hidup bagi
manusia.[11] Penekanan
dalam tujuan pendidikan yaitu terbentuknya anak didik yang bermoral dalam
kehidupan masyarakat. Tujuan dalam pengajaran pendidikan sejatinya adalah suatu
cita-cita yang bernilai normatif, yang memuat nilai-nilai Islami yang harus
ditanamkan terhadap anak didik.[12]
Dalam sistem operasionalisasi
kelembagaan pendidikan, terdapat beberapa tujuan pendidikan, yaitu sebagai
berikut:
a.
Tujuan
instruksional khusus (TIK), diarahkan pada setiap bidang studi yang harus
dikuasai dan diamalkan oleh anak didik.
b.
Tujuan
instruksional umum (TIU), diarahkan pada penguasaan atau pengamalan suatu
bidang studi secara umum atau garis besarnya sebagai suatu kebulatan.
c.
Tujuan
kurikuler, yang ditetapkan untuk dicapai melalui garis-garis besar program
pengajaran di tiap institusi pendidikan.
d.
Tujuan
institusional, adalah tujuan yang harus dicapai menurut program pendidikan di
tiap sekolah atau lembaga pendidikan tertentu, seperti tujuan institusional
SLTP/SLTA.
e.
Tujuan
nasional, adalah cita-cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalui proses
kependidikan dengan berbagai cara atau sistem, baik sistem formal, nonformal,
maupun informal.[13]
Demikian pula dengan tujuan pendidikan
Islam yang harus dilaksanakan dengan semaksimal mungkin. Menurut Al-Ghazali
yang dikutip oleh Helmawati, bahwa tujuan pendidikan yang diterapkan orang tua
pada anaknya tercermin dalam dua segi, yaitu insan purna yang bertujuan
mendekatkan diri pada Allah SWT., dan insan purna yang bertujuan
mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.[14]
Menurut Ibnu Taimiyah yang dikutip oleh
Abdul Mujib, bahwa tujuan pendidikan Islam yaitu tercapainya pendidikan tauhid
dengan cara mempelajari ayat Allah SWT. dalam wahyu-Nya dan ayat-ayat
fisik dan psikis; mengetahui ilmu Allah SWT.
B. Novel sebagai Media Pendidikan
1.
Pengertian
Novel
Novel berasal dari bahasa novella,
yang dalam bahasa Jerman disebut novella dan novel dalam bahasa
Inggris, dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia.[15]
Nurgiyantoro berpendapat mengenai definisi novel yang dikutip oleh Andri
Wicaksono, bahwa novel yaitu sebuah karya yang panjangnya cukupan, tidak
terlalu panjang, namun tidak terlalu pendek.[16]
Menurut Fahrurrozi dan Andri Wicaksono,
novel merupakan hasil khayalan atau sesuatu yang sebenarnya tidak ada.[17]
Sedangkan menurut Semi yang dikutip oleh Andri Wicaksono menyatakan bahwa novel
mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupan pada suatu saat tegang, dan pemusatan
kehidupan yang tegas dan mengungkap aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan
disajikan dengan halus.[18]
Jadi, yang dimaksud dengan novel adalah suatu jenis karya sastra yang berbentuk
prosa fiksi yang panjang dan luas, yang didalamnya menceritakan konflik-konflik
kehidupan manusia yang dapat mengubah nasib tokohnya dan mengugkap aspek
kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.
2.
Biografi
Tere Liye
Tere Liye bukanlah nama Asli seseorang.
Tetapi, Tere Liye merupakan nama pena, nama tersebut berasal dari bahasa India;
artinya untuk-mu; untuk teman, kakak, adik, ibu, bapak, tetangga, tapi
sungguh di atas segalanya, hanya untuk-Mu.[19]
Nama asli Tere Liye adalah Darwis.
Darwis lahir pada tanggal 21 Mei 1979 di pedalaman Sumatera Selatan. Ia
merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara yang berasal dari keluarga petani.
Pendidikan sekolah dasarnya ia lalui di SDN 2 Kikim Timur Sumasel, setelah
lulus kemudian melanjutkan ke SMPN 2 Kikim Timur Sumsel lalu mengenyam
pendidikan menengah atas di SMUN 9 Bandar Lampung. Terakhir ia kuliah di
Fakultas Ekonomi UI.
Dari pernikahan Tere Liye dengan
Ny.Riski Amelia di karunia seorang putra bernama Abdullah Pasai dan seorang
puteri bernama Faizah Azkia.
Karya Tere Liye biasanya mengetengahkan
seputar pengetahuan, moral dan Agama Islam. Penyampaiannya yang unik serta
sederhana menjadi nilai tambah bagi tiap novelnya.
3.
Karya-karya
Tere Liye
Berikut ini merupakan karya-karya
penulis Tere Liye:
1. Hafalan Shalat Delisa (Penerbit
Republika, 2005)
2. Moga Bunda Disayang Allah (Penerbit
Republika, 2005)
3. Mimpi-Mimpi Si Patah Hati (Penerbit
AddPrint, 2005)
4. The Gogons Series: James &
Incridible Incodents (Gramedia Pustaka Umum, 2006)
5. Cintaku Antara Jakarta dan Kualal
Lumpur (Penerbit AddPrint, 2006)
6. Rembulan Tenggelam di Wajahmu
(Grafindo 2006 & Republika 2009)
7. Bidadari-Bidadari Surga (Penerbit
Republika, 2008)
8. Senja Bersama Rosie (Penerbit
Grafindo, 2008)
9. Burlian (Penerbit Republika, 2009)
10. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin (Gramedia Pustaka Umum, 2010)
11. Pukat (Penerbit Republika, 2010)
12. Eliana, Serial Anak-Anak Mamak,
(Republika, 2011)
13. Ayahku (Bukan) Pembohong, (Gramedia
Pustaka Utama, 2011)
14. Sepotong Hati Yang Baru, (Penerbit
Mahaka, 2012)
15. Negeri Para Bedebah, (Gramedia
Pustaka Utama, 2012)
16. Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah,
(Gramedia Pustaka Utama, 2012)
17. Berjuta Rasanya (Penerbit Mahaka,
2012)
18. Negeri Di Ujung Tanduk, (Gramedia
Pustaka Utama, 2013)
19. Amelia, Serial Anak-Anak Mamak 1,
(Republika, 2013)
20. Bumi, (Gramedia Pustaka Utama,
2014)2
21. Kisah Sang Penandai (Penerbit
Mahaka 2011)
22. Dikatakan Atau Tidak Dikatakan, Itu
Tetap Cinta (Gramedia Pustaka Utama 2014)
23. Rindu (Penerbit Republika, 2014)
24. Bulan (Gramedia Pustaka Utama 2015)
25. Pulang (Penerbit Republika 2015)
26. #ABOUTLOVE (Gramedia Pustaka Utama
2015)
27. Hujan (Gramedia Pustaka Utama 2016)
28. Matahari (Gramedia Pustaka Utama
2016)3
4.
Pengertian
Media Pendidikan
Media berasal dari bahasa Latin medius yang
secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau pengantar‟. Dalam bahasa Arab, media adalah
perantara ( عَبئ
) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.[20] “Media
yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima”.[21]
“Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan
(Association of Education and Communication Technology/AECT), membatasi
media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan atau informasi.”[22]Sedangkan
Hamidjojo yang dikutip oleh Azhar Arsyad, “memberi batasan media sebagai semua
bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar
ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang
dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju”.[23]
Jadi, media pendidikan adalah seperangkat
alat bantu yang digunakan pendidik guna memudahkannya dalam menyampaikan materi
pelajaran kepada peserta didik, supaya peserta didik dapat meningkatkan
motivasi dan minatnya dalam proses pembelajaran.
5.
Novel
sebagai Media Pendidikan
Dalam proses pendidikan, metode cerita
merupakan salah satu metode yang dapat disampaikan kepada peserta didik. Karena
dalam Islam pun menyadari sifat alamiah manusia yang menyenangi cerita dan
memiliki pengaruh yang besar. Dan juga, dalam pendidikan Islam, metode kisah
(cerita) mempunyai fungsi edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk
penyampaian lain selain bahasa. Hal ini disebabkan kisah memiliki bebserapa
keistimewaan yang membuatnya mempunyai dampak dan implikasi psikologis dan
edukatif. [24]
Oleh karena itu, metode cerita ini
dijadikan salah satu teknik dalam proses pendidikan.
Adapun cerita yang disampaikan bisa
didapatkan melalui buku bacaan seperti novel. Karena peranan novel tidak hanya
sekedar menghibur tetapi juga mengajarkan sesuatu kepada para pembacanya.
Dengan demikian, jenis novel yang dipilih haruslah bersifat edukatif, yakni
yang dapat mengubah pola pikir dan kebiasaan pembacanya.
Novel Hafalan Shalat Delisa dapat
dijadikan sebagai salah satu media pendidikan yang menawarkan nilai-nilai
pendidikan dan spiritual Islam pada setiap orang yang membaca dan mengkajinya.
6.
Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel
Suatu karya sastra
mengandung ajaran-ajaran berupa nilai-nilai yang tersembunyi, dan nilai-nilai
tersebut mampu menambah wawasan manusia dalam memahami kehidupan. Dalam karya
sastra, yakni novel, terdapat berbagai nilai hidup dihadirkan karena memiliki
nilai positif yang mampu mengajarkan dan mendidik manusia ke arah yang lebih
baik.
Adapun nilai-nilai
pendidikan dalam novel sebagai berikut.[25]
a.
Nilai Pendidikan Religius
Nilai-nilai religius
bertujuan untuk mendidik manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu
ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya sastra
dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin
dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius
dalam sastra bersifat individual dan personal. Nilai religius yang merupakan
nilai keohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau
keyakinan manusia.
b.
Nilai Pendidikan Moral
Moral merupakan sesuatu
yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang
terkandung dalam karya sastra, makna yang disaratkan lewat cerita. Nilai moral
yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar
mengenal nilai-nilai etika yakni nilai baik-buruk suatu perbuatan, apa yang
harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan
hubungan manusia dalam masyarakat dan alam sekitar. Moral berhubungan dengan kelakuan
atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah
laku kehidupan kita sehari-hari.
c.
Nilai Pendidikan Sosial
Nilai sosial merupakan
hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial.
Nilai sosial yang ada dalam karya sastra dapat dilihat dari cerminan kehidupan
masyarakat yang diinterpretasikan. Dan nilai pendidikan sosial menjadikan
manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan
antara satu individu dengan individu lainnya. Jadi, nilai sosial dapat
disimpulkan sebagai kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui
perilaku yang mempengaruhi perilaku seseorang yang memiliki nilai tersebut.
d.
Nilai Pendidikan Budaya
Nilai budaya merupakan
tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran
masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam waktu singkat.
Sisitem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan
manusia. Maka, sistem nilai budaya menempatkan pada posisi sentral dan penting
dalam kerangka suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat
diungkapkan atau dinyatakan melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih
nyata seperti tingkah laku dan benda-benda material sebagai hasil dari
penuangan konsep-konsep nilai melalui tindakan berpola. Adapun nilai-nilai
budaya yang terkandung dalam novel dapat diketahui melalui penelaahan terhadap
karakteristik dan perilaku tokoh-tokoh dalam cerita.
C. Kerangka Berpikir
Nilai-nilai pendidikan adalah usaha
yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam mengembangkan potensi
dan kemampuannya sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam dirinya dan menuju
terbentuknya kepribadian yang Islami, dan agar berguna bagi dirinya,
masyarakat, dan negara. Novel Hafalan Shalat Delisa dapat dijadikan
sebagai salah satu media pendidikan yang menawarkan nilai-nilai pendidikan dan
spiritual Islam pada setiap orang yang membaca dan mengkajinya.
LANDASAN EPISTIMOLOGIS
A.
Jenis,
Pendekatan, dan Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan jenis penelitian studi pustaka (library research), yaitu
bahan dokumenter yang tertulis. [26]
Artinya meneliti buku-buku yang ada relevansinya dengan permasalahan yang
sedang dibahas. Adapun pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif,
dimana peneliti memaparkan gambaran mengenai hal yang diteliti dalam bentuk
naratif.
Metode penelitian yang digunakan yaitu
metode penelitian kualitatif, yakni penelitian yang menghasilkan data
deskriptif kualitatif. “Menurut Strauss dan Corbin yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan
prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi
(pengukuran)”.[27] Metode ini digunakan
untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan dalam novel Hafalan Shalat
Delisa.
B.
Sumber
Data
a. Data Primer
“Data primer adalah data yang diperoleh
sendiri oleh perorangan/organisasi langsung melalui objeknya”. [28]
Dan data langsung ini diperoleh dari
novel Hafalan Shalat Delisa yang secara langsung menjadi objek dalam
penelitian skripsi ini.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang
dijadikan alat bantu dalam menganalisa masalah yang muncul. Yakni dengan
buku-buku, artikel dari internet, dan sebagainya yang terkait dengan
nilai-nilai pendidikan dalam novel Hafalan Shalat Delisa.
C.
Teknik
Pengumpulan Data
“Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang”.[29] Dokumentasi ini berupa buku-buku dan lain sebagainya yang
berkaitan dengan pokok pembahasan. Penelusuran dokumentasi ini penting untuk
mengumpulkan data guna menjadi rujukan, sehingga dapat menemukan teori-teori
yang bisa dijadikan bahan pertimbangan berkenaan dengan masalah nilai-nilai
pendidikan yang terdapat dalam novel.
Adapun teknik dalam pengambilan datanya
yaitu peneliti membaca terlebih dahulu novel Hafalan Shalat Delisa;
memberi tanda bagian mana saja yang akan dibahas dan diteliti; menyusun
berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti; menganalisis dengan
menghadirkan penjelasan-penjelasan dari sumber pendukung yaitu dari buku-buku
maupun hadits terkait.
D.
Teknik
Analisis Data
Analisis data yang digunakan peneliti
adalah dengan teknik analisis isi (content analysis), yaitu “teknik yang
digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan
yang penggarapannya secara obyektif dan sistematis”.[30] Penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan apa yang
menjadi masalah, kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang ada
berdasarkan isi novel.
Adapun tahapan penelitian yang
dilakukan dalam menganalisis novel tersebut yaitu dimulai dari tahapan
pembacaan, pencatatan, hingga analisis dokumen.
Rincian tahapan-tahapannya yaitu
mengambil dari beberapa kalimat atau alinea pada novel Hafalan Shalat Delisa;
menyusun berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dan diteliti;
dan menganalisis dengan memberikan pemaparan dan penjelasan dari buku-buku dan
juga hadits yang terkait dengan pokok permasalahan.
Adapun tahapan-tahapan tersebut,
peneliti menggunakan model interaktif dalam menganalisis data. Menurut Miles
dan Huberman, “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data
display, dan conclusion drawing/verification”.[31]
a.
Reduksi
data atau data reduction
Data yang diperoleh dari lapangan
jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk
itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
b. Penyajian data atau data display
Dalam penelitian kualitatif, penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, tetapi yang paling sering
digunakan adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Pada tahapan ini, data-data yang sudah
ditetapkan kemudian disusun secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami,
dan selanjutnya dianalisis sehingga diperoleh deskripsi tentang nilai-nilai
pendidikan.
c. Penarikan kesimpulan atau conclusion
drawing/verification
Tahapan terakhir adalah dengan
penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan yang diharapkan adalah
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada, yakni berupa deskripsi
atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas.[32]
LANDASAN
AKSIOLOGIS
BAGI PENULIS DAN LINGKUNGAN SEKITAR
Berdasarkan kajian yang dilakukan, maka
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa ada nilai-nilai pendidikan yang dapat
diambil dari novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye, yaitu:
1.
Kebersihan
dan Kesucian
Dengan melaksanakan shalat, umat Islam
dianjurkan untuk selalu bersih badan maupun pakaiannya, karena akan menghadap
Allah yang Mahs Suci, yaitu dengan cara berwudhu. Dalam wudhu telah diajarkan
oleh Rasulullah SAW. dengan cara membasuh beberapa anggota tubuh yang
sudah ditentukan. Berdasarkan hal ini maka dipahami bahwa kebersihan memiliki
kaitan yang sangat erat dengan ibadah. Dan bahkan status hukum dari suatu
Ibadah (sah dan tidak sah) sangat ditentukan oleh faktor-faktor kebersihan.
2.
Kejujuran
dan Kedisiplinan
Kesadaran akan pentingnya jujur harus
ditanamkan sejak kecil dan harus dimiliki setiap pribadi muslim. Karena
kejujuran ini akan mendapatkan simpati dan penghargaan tersendiri di
tengah-tengah kehidupan masyarakat. Dan sikap jujur akan menunjukkan pada
kebaikan, dan kebaikan itu menuju pada surga. Maka, sebagai manusia hendaknya
kejujuran tertanam dalam hati, baik itu jujur dalam perkataan maupun dalam
perbuatan.
Kedisiplinan dalam melaksanakan shalat
sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW. dengan cara mengerjakan shalat lima
waktu sesuai yang telah disyariatkan kepada umat Islam. Sebab, shalat lima
waktu merupakan latihan pembiasaan disiplin pribadi pada setiap muslim sehingga
dapat menumbukan kebiasaan untuk secara teratur dalam hidup.
3.
Kesabaran
dan Keikhlasan
Kesabaran merupakan akhlak yang
tercermin dalam pribadi manusia baik dalam menghadapi segala cobaan dan ujian,
maupun musibah yang meminpanya. Dengan bersabar maka setiap manusia akan selalu
ingat akan kuasa dan kehendak Allah SWT., serta selalu meminta
pertolongan-Nya. Dengan begitu, umat muslim akan selalu ingat pada janji Allah
berupa balasan yang amat baik berupa pahala.
Keikhlasan merupakan suatu amalan yang
berkaitan dengan kesungguhan hati dalam memperoleh suatu keinginan, yaitu
menghadapi ujian hafalan shalat. Dengan keikhlasan hendaknya mendekatkan diri
kepada Allah semata, bukan mengharapkan suatu hadiah atau imbalan. Namun, ia
hanya memikirkan apakan amalnya akan diterima oleh Allah atau tidak, dan
melalukan suatu amalan hanya karena Allah ta‟ala.
4.
Tanggung
Jawab dan Percaya Diri
Tanggung jawab terhadap suatu hal harus
dikerjakan dengan sepenuh hati. Di antaranya yaitu membantu dan membimbing
seseorang dalam menghafalkan bacaan shalat sesuai dengan yang ditugaskan kepada
setiap anak selagi ia belajar memperdalam ibadahnya. Dan Allah telah
memberikan balasan terhadap semua amal
perbuatan manusia kepada mereka yang berbuat baik. Berdasarkan hal ini, maka
tanggung jawab yang diemban oleh seseorang akan mendapat balasan dari Allah SWT.
karena telah membantu menghafalkan bacaan shalat dengan sepenuh hati.
Percaya diri yang tumbuh dalam setiap
pribadi manusia dengan mengawalinya membaca ta‟awudz dan basmalah merupakan akhlak
seorang muslim yang senantiasa mengingat Allah pada setiap keadaan, termasuk
dalam menyetorkan hafalan bacaan shalat di sekolah. Hal ini merupakan
kepercayaan diri seorang Muslim sebagai manusia yang senantiasa mendidik
dirinya berupa keyakinan terhadap dirinya sendiri dengan segenap kemampuan yang
dimiliki untuk memperoleh kemenangan berupa keberhasilan dan kemuliaan di
hadapan Allah SWT.
5.
Persahabatan
dan Kepedulian
Persahabatan yang dilandasi oleh kasih
sayang yang mendalam dan terjalin karena Allah sangat penting dijaga. Sebab,
iman seseorang akan sempurna ketika ia mencintai saudaranya seperti mencintai
diri sendiri. Berdasarkan hal ini, Rasulullah SAW. telah memberikan
contoh yang baik mengenai memuliakan sahabat dan menjalin hubungan baik dengan
para sahabat semasa hidupnya.
Kepedulian terhadap sesama manusia
merupakan perbuatan baik dan akhlak yang menghiasi di setiap tingkah laku. Di
antara perbuatan baiknya dengan menghibur orang yang sedih karena mengalami
musibah dengan cara berlemah lembut kepada orang tersebut dalam bertutur kata.
Perbuatan baik tidak harus dilakukan
kepada orang yang dikenal saja, tetapi juga bisa kepada orang yang belum
dikenal. Oleh karena itu, hendaknya agar setiap manusia memiliki kepedulian
terhadap sesama.
6.
Menuntut
Ilmu dan Mengamalkan Ilmu
Kewajiban menuntut ilmu dan mengamalkan
ilmu telah dijelaskan dalam Islam, dengan tujuan yaitu agar umat manusia cerdas
dan jauh dari kebodohan, serta ilmu yang didapatkan dapat disampaikan kepada
orang lain agar ilmu yang diperolehnya bermanfaat bagi diri sendiri maupun
orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan,
Bandung: Alfabeta, 2014
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan
Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, Jakarta
Bumi A Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok
Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat
Hukum Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2006
Helmawati, Pendidikan Keluarga, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
Bumi Aksara, 2010
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2002
Burham Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010
Andri Wicaksono, Pengkajian Prosa Fiksi, Yogyakarta:
Garudhawaca, 2014
Fahrurrozi
dan Andri Wicaksono, Sekilas tentan Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Garudhawaca,
2016
Tere Liye, Hafalan
Shalat Delisa, Jakarta: Republika, 2008
Azhar
Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: RajaGrafindo, 2004
Hafied
Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2011
Saifuddin, Pengelolaan Pembelajaran Teoritis dan Praktis,
Yogyakarta: Deepublish, 2014
Hakam Abbas, Novel Religius sebagai Media
Pendidikan, 2014. Sumber Web: http://hakamabbas.blogspot.co.id/2014/02/novel-religius-sebagai-media-pendidikan.html Diakses pada tanggal 19
Mei 2017 pukul 21:06 WIB
[2] Tim
Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2003, h. 783.
[3] Winarno,
Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi,
Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 3.
[4] Darji
Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat
Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2006, h. 233
[7] Ibid
[8] Helmawati,
Pendidikan Keluarga, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, h. 23.
[10] Muzayyin
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 3
[15] Burham
Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2010, h. 9.
[16] Andri
Wicaksono, Pengkajian Prosa Fiksi, Yogyakarta: Garudhawaca, 2014, h. 75.
[17] Fahrurrozi dan Andri Wicaksono, Sekilas tentan Bahasa
Indonesia, Yogyakarta: Garudhawaca, 2016, h. 219
[19] Tere
Liye, Hafalan Shalat Delisa, Jakarta: Republika, 2008, h.268-269
[24]Hakam Abbas, Novel
Religius sebagai Media Pendidikan, 2014. Sumber Web: http://hakamabbas.blogspot.co.id/2014/02/novel-religius-sebagai-media-pendidikan.html Diakses pada tanggal 19
Mei 2017 pukul 21:06 WIB
[25] Serdadu Kataku, Analisis Nilai-nilai Pendidikan Novel Sang
Pemimpi, 2012. Sumber Web: https://serdadukataku.wordpress.com/2012/12/02/analisis-nilai-nilai-pendidikan-novel-sang-pemimpi/ diakses pada 11 Mei 2017
pukul 21: 06 WIB.
[29] Sugiyono,
Metode Penelitian Pendididkan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), Bandung: Alfabeta, 2012, h. 329
[30] Nana
Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Pendekatan Pendidikan, Bandung:
Sinar Baru, 1989, h. 163
Komentar
Posting Komentar