makalah filsafat dari masa ke masa
SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT DARI
MASA KEMASA
Makalah
ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
Disusun oleh:
1.
Hari Hardiansyah
2.
Nurul Ulum
PENDIDIKAN BAHASA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan
syukur hanyalah milik Allah Swt yang telah melimpahkan
ilmu. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasul beserta
keluarganya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Filsafat Ilmu. Makalah ini berjudul “Sejarah Filsafat dari Masa ke Masa” ini penulis buat dengan tujuan agar pembaca dapat
menerima pengetahuan tentang perkembangan filsafat ilmu dari masa ke masa.
Dalam menyusun
makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan sebab pengetahuan dan pengalaman yang di miliki penulis terbatas
,cukup banyak tantangan dan hambatan yang penulis temukan dalam menyusun
makalah ini. Penulis mohon maaf apabila ditemukannya kesalahan. Maka
dibutuhkannya kritik dan saran dari pembaca makalah.
Akhir kata
,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya. Atas perhatiaannya saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, 14 Mei
2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ………………………………………………………………………...ii
BAB
I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………..1
1.1 Latar
Belakang Masalah ……………………………………………………………………1
1.2 Rumusan
Masalah …………………………………………………………………………..1
1.3 Tujuan
Penulisan Makalah …………………………………………………………………1
BAB
II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………2
2.1 Perkembangan
Filsafat Ilmu Pada Zaman Klasik ……………………………………..2
2.1.1
Ionia Tempat Lahirnya Filsafat Barat …………………………………………..2
2.1.1.1
Masa Pra-Sokrates …………………………………………………………2
2.1.1.2
Masa Sokrates ………………………………………………………………5
2.2 Filsafat
Barat Abad Pertengahan ……………………………………………………….9
2.2.1
Masa Patristik …………………………………………………………………9
2.2.2
Masa Skolastik ………………………………………………………………..10
2.3 Filsafat
Modern ………………………………………………………………………13
2.3.1
Renaissance ……………………………………………………………………13
2.3.1.1
Filsafat Abad XVII ……………………………………………………….13
2.3.1.2
Filsafat Abad XVIII (Aufklareung) ………………………………………14
2.3.1.3
Filsafat Abad XIX ………………………………………………………..15
2.4 Filsafat
Kontemporer ………………………………………………………………….17
2.4.1
Pragmatisme …………………………………………………………………..17
2.4.2
Fenomenologi …………………………………………………………………18
2.4.3
Eksistensialisme ………………………………………………………………18
2.4.4
Filsafat Analitis ……………………………………………………………….18
2.4.5
Strukturalisme …………………………………………………………………19
2.4.6
Postmodernisme ………………………………………………………………19
BAB
III PENUTUP ………………………………………………………………………….21
3.1 Simpulan ………………………………………………………………………………….21
DAFTAR
PUSTAKA ………………………………………………………………………..22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan
dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskan dari peran ilmu. Bahkan
perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring
dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu
kita menyebut dalam konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan ilmu
sejak dari zaman klasik, zaman pertengahan, zaman modern dan zaman kontemporer.
Begitu pula dengan filsafat, dalam perkmbangannya filsafat dibagi menjadi 4
babakan yakni Filsafat klasik meliputi filsafat Yunani dan Romawi
pada abad ke-6 SM dan berakhir pada 529 M dominasi oleh
rasionalisme. Filsafat abad pertengahan meliputi
pemikiran Boethius sampai Nicolaus pada abad ke-6 M dan berakhir pada abad
ke-15 M didominasi dengan
doktrin-doktrin agama Kristen. Filsafat modern
dan filsafat kontemporer yang didominasi
kritik terhadap filsafat modern.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana
perkembangan dan tokoh
penting pada zaman klasik?
2. Bagaimana
perkembangan
dan tokoh penting pada
abad pertengahan?
3. Bagaimana
perkembangan dan tokoh
penting pada
zaman modern?
4. Bagaimana
perkembangan dan tokoh
penting pada
zaman kontemporer?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui perkembangan dan
tokoh penting pada zaman klasik
2. Untuk
mengetahui perkembangan dan
tokoh penting pada abad pertengahan
3. Untuk
mengetahui perkembangan dan
tokoh penting pada zaman modern
4. Untuk
mengetahui perkembangan dan
tokoh penting pada zaman kontempore
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Filsafat Ilmu Pada Zaman Klasik
2.1.1
Ionia Tempat Lahirnya Filsafat Barat
Tempat filsafat yunani adalah asia kecil, dan filsuf-filsuf
pertama yunani berasal dari Ionia. Herodotus berpendapat bahwa agama dan kebudayaan Yunani berasal
dari Mesir. Menurut Coppleston sulitlah untuk menjelaskan bahwa para saudagar
Mesir mengekspor pemikiran Mesir ke Yunani. Dan menurut Burnet, Mesir tidak
memiliki filsafat, sebab itu pendapat bahwa filsafat Yunani berasal dari Mesir
sulit diterima. Jadi, filsafat yunani berasal dari yunani sendiri yakni Ionia.
Dengan demikian Yunani adalah tempat asal para pemikir dan
ilmuan asli Eropa. Orang Yunanilah yang pertama-tama mempelajari ilmu
pengetahuan demi ilmu pengetahuan itu sendiri. Mereka mempelajari ilmu
pengetahuan dengan semangat ilmiah, bebas dan tanpa prasangka. Hegel, filsuf
terkenal Jerman, berpendapat bahwa filsafat Yunani sepenuhnya dilakukan dengan
semangat kebebasan ilmiah.
2.1.1.1 Masa Pra-Sokrates
Filsafat di masa Pra-Sokrates merupakan tahap pertama dalam
filsafat Yunani. Meskipun bukan merupakan filsafat murni, tetapi ia merupakan
filsafat yang sesungguhnya. Sebaliknya, filsafat Pra-Sokrates bukannya
merupakan unit tertutup yang tidak berhubungan dengan pemikiran filosofis
sesudahnya, tapi merupakan persiapan bagi periode sesudahnya. Meskipun Plato
dan Aristoteles mengemukakan filsafat yang brilian, keduanya tidak terlepas
dari pengaruh filsafat pra-Sokrates. Plato misalnya, sangat dipengaruhi oleh
pemikiran-pemikiran Heracleitos, para filsuf Elea dan Pythagoreanisme. Adapun
filsuf-filsuf yang hidup sebelum masa Sokrates adalah:
a.
Thales
(625-545 SM)
Dalam
sejarah filsafat Thales dijuluki sebagai filsuf Yunani pertama. Dia dalah satu
dari tujuh orang bijak di zamannya (bersama Bias dari Priene, Pittakos dari
Mytilene, Soloon dari Athena, Kleouboulous dari Lindos, Khilon dari Sparta, dan
Priandros dari Korinthos). Thales dalah filsuf dan ilmuwan praktis.
Sebagai
filsuf Thales dan Miletus berusaha menjawab pertanyaan: apa sala usul segala
sesuatu? Menurut Thales, bahan dasar dari segala sesuatu adalah air. Itu
merupakan kesimpulan setelah ia mengamati dominasi peran air di alam dan
kehidupan manusia. Seperti dikatakan Aristoteles, Thales dari hari ke hari
mengamati bahwa kabut member kehidupan bagi segala sesuatu. Bahkan panas itu
sendiri berasal dari kelembaban.
Dia
juga mengamati bahwa segala macam benih mempunyai kodrat kelembaban, dan air
merupakan asal dari hakekat benda-benda yang lembab. Thales mungkin juga
dipengaruhi oleh teologi-teologi kuno, di mana air merupakan obyek komando di
kalangan dewa-dewi.
b.
Anaximandros
(611-545 SM)
Anaximander
juga seorang ilmuwan. Konon, menurut Theophrastus, dia membuat sebuah peta,
yang mungkin digunakan oleh para pelaut Milesia ke laut hitam. Menurut
Theophrastus, Anaximander adalah rekan sejawat Thales, dan nampaknya lebih
muda. Di samping kegiatan ilmiahnya, dia juga mencari jawaban atas pertanyaan
sama yang menggugah Thales. Tapi menurut dia, prinsip pertama dan utama itu
tidak mungkin air seperti yang dikatakan Thales.
Kalau
perubahan, kelahiran dan kematian, pertumbuhan dan kehancuran disebabkan oleh
konflik, maka tak dapat dijelaskan mengapa ada benda-benda lain yang tidak
dapat melebur menjadi air. Maka menurut dia, prinsip pertama dari segala benda
adalah to apeiron (yang berarti substansi yang tak terbatas). To apeiron itu
kekal dan tak dimakan usia, itulah yang merangkum seluruh jagad.
Anaximander
mengajarkan bahwa bumi bukan berbentuk piringan (disc) tapi silinder pendek.
Kehidupan berasal dari laut, dan melalui adaptasi dengan lingkunagn
bentuk-bentk hewan yang sekarang berevolusi.
Tentang
asal usul manusia Anaximander mengatakan bahwa pada mulanya manusia dilahirkan
dari hewan-hewan spesies lain. Hewan-hewan lain, katanya, cepat menemukan
makanan bagi diri mereka sendiri, tapi manusia sendiri membutuhkan waktu yang
panjang untuk menjadi dewasa. Tapi dia tak dapat menjelaskan bagaimana manusia
bias hidup dalam tahap transisi.
Jadi,
doktrin Anaximander merupakan suatu langkah maju dibandingkan Thales. Dia tidak
menunjuk unsure tertentu, tapi konsep to apeiron, yakni substansi tak terbatas.
c.
Anaximenes
(588-524 SM)
Menurut
Anaximenes, prinsip dasar segala sesuatu adalah udara. Kesimpulan ini mungkin
sekali didasarkan pada fakta bahwa manusia hanya bisa hidup kalau bernafas.
Jadi, udara adalah prinsip kehidupan. “Sebagaimana halnya dengan jiwa kita,
yakni udara, mempersatukan kita, demikian juga nafas dan udara merangkul
seluruh dunia,” kata Anaximenes. Jadi udara dalah prinsip dasar (urstoff) dari
dunia.
Udara
tak dapat dibagi, tapi dapat kelihatan dalam proses kondensasi dan perengangan.
Ketika udara menjadi renggang (rarefaction), ia menjadi lebih panas, dan denderung
terbakar menjadi api. Sebaliknya, kalau terjadi kondensasi, ia menjadi lebih
dingin dan menjadi keras. Maka udara berada di antara cincin nyala dan
kedinginan, dengan massa kelembaban di dalamnya.
d. Pythagoras (580-500 SM)
Tentang
Pythagoras tidak banyak diketahui. Yang pasti adalah bahwa Pythagoras
mendirikan sebuah tarekat keagamaan di Kroton, Italia selatan, pada paruh kedua
abad 6 SM. Pythagoras sendiri dilahirkan di Samos, masih daerah Ionia.
Iamblicus, salah satu sumber untuk mengetahui Pythagoras, menyebut Pythagoras
antara lain sebagai “pemimpin dan bapak filsafat Ilahi”. Tapi kisah kehidupan
Pythagoras seperti yang ditulis Iamblicus, porphyries, dan Diogenes Laertius
dinilai sebagai roman dan bukan catata sejarah.
Ajaran
tentang bilangan merupaka ajaran Pythagoras yang penting. Tapi, di pihak lain
filsafat methematico-metafisik ini sngat sulit dipahami. Yang penting,
Pythagoras dan para pengikutnya sangat terobsesi dengan matematika.
Sampai-sampai dikatakan bahwa Tuhan itu seorang ahli matematika.
Menurut
Pythagoras, prinsip dari segala-galanya adalah matematika. Semua benda dapat
dihitung dengan angka, dan kita dapat mengekspresikan banyak hal dengan
angka-angka. Mereka terpesona oleh kenyataan bahwa interval-interval music
antara dua not pada lyra dapat dinyatakan secara numerik. Seperti halnya
harmoni musik bergantung pada angka, maka harmoni jagad raya juga bergantung
pada angka. Bahkan menurut Pythagoras, benda-benda adalah angka-angka (things
are numbers).
Menurut
Pythagoreanisme, pusat jagad raya adalah api (Hestia). Di sekeliling api itu
beredar kontra bumi (antikhton), bumi, bulan, matahari dan planet lainnya dan
akhirnya langit dengan bintang-bintang tetap. Pythagoreanisme berpandangan
bahwa seluruh langit merupakan suatu tangga nada musik serta bilangan. Ketika
mengelilingi api sentral tiap benda langit mengeluarkan bunyi yang sesuai
dengan tangga nada. Telinga kita sudah terbiasa dengan musik itu, sehinga kita
tak mendengarnya lagi. Dikisahkan bahwa Pythagoras sendiri telah mendengar music
jagad raya itu.
filsuf-filsuf lain yang hidup sebelum masa Sokrates, di
antaranya:
a)
Xenophanes (570-480 SM)
b)
Heracleitos
c)
Parmenides dan Melissus
d)
Zeno
e)
Empedocles
f)
Leocippus
g)
Para filsuf Atomisme
2.1.1.2 Masa Sokrates
Perhatian masa Pra-Sokrates adalah alam atau kosmos. Pada
masa sesudahnya, yakni sokrates, perhatian bergeser pada manusia itu sendiri,
faktor-faktor penyebabnya anatara lain:
1. Timbulnya sikap skeptic terhadap
filsafat Yunani yang tidak dapat menjelaskan pertanyaan tentang asala usul alam
semesta. Filsafat Pra-Sokrates juga tidak mampu menjelaskan fenomena kesatuan
(unity) dan kejamakan (diversity).
2. Semakin besar minat terhadap
fenomena kebudayaan dan peradaban. Ini disebabkan pergaulan yang makin gencar
antara orang Yunani dan peradaban asing seperti Persia, Babylonia dan Mesir.
Menhadapi kenyataan ini, para pemikr Yunani mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah beragam kebudayaan nasional dan local,
norma agama dan etis, hanyalah konvensi atau tidak?
Adapun
beberapa kaum pada aliran Socrates ialah:
a.
Kaum Sofis
Ada perbedaan antara filsafat
Pra-Sokrates dengan filsafat sesudahnya, perbedaan itu ialah:
1) Pusat perhatian filsafat masa
sokrates adalah manusia, peradaban dan kebiasaab manusia. Sofisme menaruh
perhatian pada mikrokosmos, bukan makrokosmos. Manusia mencapai kesadaran diri.
Seperti kata Sophocles: “Ada banyak mikjizat di dunia, tapi tak ada mukjizat
yang lebih besar dari manusia”.
2) Sofisme dan filsafat Yunani sebelumnya
juga berbeda dalam hal metode. Filsafat Yunani Pra-Sokrates memiliki metode
deduktif, sedangkan kaum sofis menggunakan metode empirico-induktif.
3) Perbedaan juga terletak pada tujuan. Filsafat Pra-Sokrates
ingin mencari kebenaran obyektif tentang dunia. Kaum sofis mencari kebenaran
praktis, bukan kebenaran spekulatif. Tujuan utama filsafat Pra-Sokrates adalah
menemukan kebenaran ,sedangkan kaum sofis justru pada mengajar. Itulah sebabnya
kaum sofis mempunyai massa murid. Mereka memberikan kursus-kursus, dan latihan.
Mereka adalah professor yang mengembara dari kota ke kota, mengumpulkan
pengetahuan lalu mengajarkan pada orang lain (umpama tentang tata bahasa,
interpretasi penyair, filsafat mitologi, agam dll).
Adapun tokoh-tokoh kaum filsuf sofis
ialah Protagoras (481-411 SM), Prodicus, Hippias, Gorgias (480-380 atau 483-375
SM), Thrasymachus, Chalderon, dan Anthipon.
b.
Socrates
Adapun
ajaran-ajaran Socrates adalah sebagai berikut:
1.
Socrates mengajarkan tentang definisi atau hal-hal yang umum
(universals) yng bersifat tetap. Menurut Socrates konsep universal tetap sama.
Hanya hal-hal partikular dapat beragam, tapi defenisi tetap sama.
2.
Socrates
mengajarkan tentang argumen-argumen induktif. Argumen induktif yang
dikembangkan Socrates bukan diperoleh melalui logika, melainkan melalui
wawancara atau dialektik. Untuk membuat definisi tentang sesuatu, Socrates
bertanya pada orang lain, sementara ia sendiri memperlihatkan ketaktahuan.
Dialektik Socrates dimulai dari defenisi-definisi kurang lengkap sampai akhrnya
mencapai definisi yang lebih lengkap.
3.
Tujuan
dialektik bukan untuk mempermalukan orang, tapi untuk memperoleh kebenaran.
Kebenaran itu bukan sekedar spekulasi murni, melainkan dalam kehidupan yang
baik. Menurut Socrates, agar bertindak dengan benar, orang harus tahu apakah
kehidupan yang baik itu. Socrates percaya akan jiwa yang hanya dapat dipelihara
semestinya lewat pengetahuan, yakni kebijaksanaan yang benar. Pengetahuan
yang jelas akan kebenaran sangat penting bagi kehidupan yang benar. Untuk ini
adalah tugasnya untuk membidani lahirnya ide-ide yang benar dalam bentuk
definisi yang jelas. Metode ini dinamakan mayetika.
4.
Socrates
menaruh perhatian besar pada etika. Dia menganggap misi yang ditetapkan dewa
padanya adalah menyadarkan orang-orang agar memelihara harta paling agung yakni
jiwa lewat upaya memperoleh kebijaksanaan dan kabajikan. Kehidupan politikpun
tak dapat dilepaskan dari etika.
5.
Etika
Socrates memilki ciri pengetahuan dan kebajikan. Menurut dia, pengetahuan dan
kebajikan adalah satu, dalam arti bahwa seorang bijaksana, yakni orang yang
tahu apa yang baik, juga akan melakukan apa yang benar.
6.
Socrates
mengajarkan bahwa hanya ada satu kebajikan, yakni pengetahuan akan apa yang
betul-betuk baik bagi manusia, apa yang betul-betul dapat menghasilkan
kesehatan dan harmoni jiwa.
7.
Dalam
ajaran tentang agama, Socrates mengakui adanya allah-allah, pengetahuan akan
allah-allah tidak terbatas. Terkadang Socrates memang percaya akan adanya Allah
yang tunggal, tapi nampaknya Socrates tidak memberi perhatian besar untuk
masalah monoteisme dan polyteisme. Menurut Socrates sebagaimana tubuh manusia
berasal dari bahan-bahan yang dikumpulkan dari dunia materi, akal budinya juga
merupakan bagian dari akal budi universal.
c.
Plato
Plato
adalah salah satu filsuf terbesar di dunia. Lahir di Athena dari keluarga
terpandang, ayahnya Arston dan ibunya Perictione. Menurut sejumlah sumber, nama
aslinya adalah Aristocles. Nama Plato baru diberikan sesudahnya karena ia
memiliki sosok fisik yang kokoh kuat. Plato menjadi murid Socrates ketika ia
berusia 20 tahun. Tapi perkenalan Socrates pasti lebih awal. Plato pernah
mengunjungi Italia dan Sisilia ketika berusia 40 tahun. Konon ia juga pernah
mengunjungi Mesir, tapi cerita ini belum bias diterima oleh sebagian pengamat.
Plato pernah dijual sebagai budak kepada Aegina atas perintah Dionysius I,
Tiran dari Syracuse.
Adapun ajaran-ajaran terpenting dari Plato adalah:
1.
Dua
Dunia
Plato
mengajarkan tentang dua dunia, yakni dunia idea dan dunia materi. Dunia idea
bersifat tunggal, permanen/tidak berubah, kekal. Dunia jasmani bersifat jamak,
berubah-ubah dan tidak kekal.
2.
Jiwa
Jiwa
adalah suatu adikodrati, berasal dari dunia idea, tidak dapat mati, kekal. Jiwa
terdiri dari tiga bagian (fungsi), yakni rasional (dihubungkan dengan
kebijaksaan), kehendak (dihubungkan denag keberanian), dan bagian keinginan
atau nafsu (dihubungkan dengan bagian pengendalian diri.
3.
Negara
Ajaran
tentang negara merupakan puncak filsafat Plato. Menurut Plato tujuan hidup
manusia adalah eudaemonia(hidup yang baik). Agar supaya hidup baik, orang harus
mendapatkan pendidikan. Pendidikan itu bukan soal akal semata-mata, tapi
seluruh diri manusia. Akal harus mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak
berdaya dan harus didukung perasaan-perasaan yang lebih tinggi. Jalan kea rah
sini adalah kesenian, sajak, music dan sebagainya. Tujuan pendidikan tercapai
kalau ada negara yang baik. Sebab manusia adalah makhluk social yang memerlukan
negara.
d.
Aristoteles
Aristoteles lahir di Stageira, Yunani Utara. Ayahnya seorang
dokter pribadi raja Mcedonia. Ketika berusia 18 tahun ia belejar filsafat p-ada
Plato di Athena. Setelah Plato meninggal, ia mendirikan sekolah Assos. Ia
kemudian kembali ke Macedonia dan menjadi pendidik pangeran Alexander Agung.
Ketika Alexander Agung meninggal pada thun 323, timbullah huru hara.
Aristoteles dituduh sebagai penghianat. Dia lari ke Khalkes dan meninggal dunia
di situ pada tahun 322.
2.2 Filsafat Barat
Abad Pertengahan
Abad pertengahan
merupakan kurun waktu yang khas. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa dominansi agama Kristen sangat menonjol. Perkembangan
alam pikiran harus disesuaikan dengan ajaran agama. Demikian pula
filsafat, harus diuji apakah tidak bertentangan dengan ajaran agama. Jelas
teologi lebih tinggi dibandingkan dengan filsafat. Filsafat berfungsi melayani
Teologi. Tapi bukan berarti bahwa pengembangan nalar dilarang.
Pada abad
petengahan memiliki ciri-ciri pemikiran filsafat ba antara
lain:
- Cara berfikirnya dipimpin oleh gereja.
- Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran
Aristoteles.
-
Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Dalam sejarah filsafat barat, abad
pertengahan dibagi menjadi dua periode yakni masa patristik dan masa skolastik.
Baik di Yunani maupun Latin, masa patristik mencatat masa keemasan dengan tokoh
dan karya-karya penting. Dibawah ini diuraikan masing-masing tentang Zaman
Patristik dan Zaman Skolastik, serta tokoh-tokoh terpentingnya.
2.2.1 Masa
Patristik
a.
Gambaran Umum
Patristik berasal dari kata Patres
(bentuk jamak dari Pater) yang berarti bapak-bapak. Yang dimaksudkan adalah
para pujangga gereja dan tokoh-tokoh gereja yang sangat berperan sebagai
peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka fokus pada pengembangan teologi
tetapi tidak lepas dari wilayah kefilsafatan.
b.
Tokoh-tokoh
terpenting
Bapak Gereja terpenting pada masa itu
antara lain Tertullianus (160-222), Justinus, Clemens dari Alexandria
(150-251), Origenes (185-254), Gregorius dari Nazianza (330-390), Basilus Agung
(330-379), Gregorius dari Nyssa (335-394), Dionysius Areopagita, Johanes
Damascenus, Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus (354-430).
Tertullianus, Justinus, Clemens dari
Alexandria, dan Origenes adalah pemikir-pemikir pada masa awal patristik.
Gregorius dari Nazianza, Basilus Agung, Gregorius dari Nyssa, Dionysius
Areopagita,dan Johanes Damascenus adalah tokoh-tokoh pada masa patristik
Yunani. Sedangkan Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus adalah pemikir-pemikir
yang menandai masa keemasan patristik Latin.
Masa keemasan patristik Yunani didorong
oleh Edik Milan yang dikeluarkan Kaisar Constatinus Agung tahin 313 yang
menjamin kebebasan beragama bagi umat Kristen. Agustinus adalah seorang
pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah melewati kehidupan masa muda yang
hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama Kristen dan menciptakan sebuah
tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada abad pertengahan. Karyanya
yang terpenting adalah Confessiones (pengakuan-pengakuan) dan De Civitate Dei
(tentang kota Allah).
Agustinus menentang aliran skeptisisme
(aliran yang meragukan kebenaran). Menurut Agustinus skeptisisme itu sebetulnya
merupakan bukti bahwa ada kebenaran. Orang ragu-ragu itu sebenarnya bukti bahwa
dia tidak ragu-ragu tehadap satu hal yaitu bahwa ia ragu-ragu. Orang yang
ragu-ragu itu sebetulnya berpikir, dan siapa yang harus berpikir harus ada. Aku
ragu-ragu maka aku berpikir, aku berpikir maka aku berada. Menurut Agustinus,
Allah menciptakan dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga diikuti oleh
Thomas Aquinos). Artinya, dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak
menggunakan bahan. Jadi, berbeda dengan konsep yang diajarkan Plato bahwa me on
merupakan dasar atau materi segala sesuatu.
Filsafat patristik mengalami kemunduran
sejak abad V hingga abad VIII. Di barat dan timur tokoh-tokoh dan
pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran yang berbeda dengan masa patristik.
2.2.2
Masa Skolastik
a.
Gambaran Umum
Istilah skolastik adalah kata sifat
yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti
aliran atau yang berkaitan dengan sekolah perkataan skolastik merupakan corak
khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Terdapaat bebrapa penegrtian dari
corak khas skolastik, sebagai berikut:
1)
Filsafat
skolastik adalah filsafat yang mempunyai
corak semata-mata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan
abad pertengahan yang religius.
2)
Filsafat
skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang
rasional memecahlkan persoaln-persoalan mengenai berpikir, sifat adat,
kejasmanian, kehormatan, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul
skolastik Yahudi, skolastik Arab, dan lain-lainnya.
3)
Filsafat
skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam
kodrat, akan diamsukan ke dalam bentuk sintesis yng ebih tinggi antar
kepercayaan dan akal.
4)
Filsafat
skolastik adlaah filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.
Faktor
Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor yaitu faktor
religious dan faktor ilmu pengetahuan.
b.
Tokoh-tokoh
terpenting
Tokoh-tokoh terpenting pada masa
skolastik adalah Boethius (480-524), Johanes Scotus Eurigena (810-877),
Anselmus dari Canterbury (1033-1109), Petrus Abelardus (1079-1142), Bonaventura
(1221-1274), Siger dari Brabant (1240-1281), Albertus Agung (1205-1280), Thomas
Aquinos (1225-1274), Johanes Duns Scotus (1226-1308), Guliemus dari Ockham
(1285-1349), dan Nicholaus Cusanus (1401-1464).
Boethius adalah seorang menteri pada
pemerintahan Raja Theodorik Agung di Italia. Namun, ia dijebloskan ke penjara
karena dianggap sebagai komplotan. Dipenjara ia menulis buku yang berjudul De
Consolatione Philosophiae.
Johanes Scotus Eurigena mengajar di
sekolah istana yang didirikan oleh Karel Agung. Anselmus adalah seorang uskup
yang terkenal dengan semboyan Credo Ut Intelligam (saya percaya agar saya
mengerti). Artinya, dengan percaya orang akan mendapatkan pemahaman lebih dalam
tentang Allah.
Petrus Abelardus mempunyai jasa besar
dalam etika dan logika. Dia ikut memberikan pendapat yang sangat berharga
menyangkut perdebatan di masa itu tentang Universalia (konsep-konsep umum),
antara kelompok penganut Realisme dan Nominalisme.
Ibn Sina (Avicenna) berusaha
menggabungkan filsafat Aristoteles dan Neoplatonisme. Dia menganut ajaran
manansi plotinos, dan mengatakan Allah menyelenggarakan dunia secara tidak
langsung melalui intelek aktif yang berasl dari intelek pertama.
Ibn Rushd (Averroes) ia dijuluki Sang
Komentator. Dia mengajarkan monopsikisme yaitu pandangan bahwa jiwa adalah
milik bersama umat manusia.
Bonaventura adalah biarawan ordo
fransiskan yang menjadi professor di paris, dan pernah dipercaya memimpin ordo
tersebut. Siger dari Brabant adalah mahaguru di fakultas sastra diparis.
Albertus Agung adalah seorang biarawan
ordo dominikan, dan pernah menjadi mahaguru di sejumlah universitas di Jerman
dan Paris.
Thomas Aquinos dijuluki pangeran masa
skolastik. Ia adalah seorang biarawan ordo dominikan, mengajar di Paris,
Jerman, dan Italia. Thomas Aquinos berpendapat bahwa filsafat harus mengabdi
teologi, waktu itu dikenal ungkapan Philosophia Est Ancilla Theologiae.
Manusia dapat mengenal Allah dengan menggunakan rasio. Tetapi, pengenalan itu
hanya melalui ciptaan-ciptaan. Thomas membuktikan adanya Allah melalui
rangkaian argumentasi yang dikenal dengan Quinqae Viae (Lima Jalan) yaitu
1. Gejala adanya
perubahan atau gerak
2. Gejala sebab
dan akibat
3. Gejala
kontingensi
4. Adanya
hierarki kesempurnaan
5. Finalitas
dunia
Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa.
Jiwa merupakan forma dan tubuh merupakan materinya. Keduannya tidak dapat dipisahkan
dan merupakan satu substansi.
Johanes Duns Scotus adalah seorang
biarawan ordo fransiskan. Ia mengikuti ajaran Aristoteles dan Bonaventura.
William Ockham adalah seorang biarawan
ordo fransiskan. Ia dianggap pemikir bermasalah di gereja, di bidang filsafat
ajarannya bercorak empiristis.
Nicholaus Cusanus adalah uskup dan
kardinal. Meskipun dipercaya mampu memangku tugas kegerejaan, Nicholaus dikenal
sebagai ilmuwan.
2.3 Filsafat Modern
Filsafat klasik bersifat kosmosentris, filsafat abad
pertengahan bersifat teosentris, sedangkan filsafat modern bersifat
antroposentris. Di zaman Yunani klasik, pusat perhatian filsafat adalah
pertanyaan: apa yang merupakan unsur pertama dari kosmos. Pada abad pertengahan
Allah diakui sebagai pencipta alam semesta. Sedangkan pada zaman modern, yang
menjadi pusat pergulatan filosofis adalah manusia itu sendiri.
2.3.1 Renaissance
Kata ini berasal dari bahasa Prancis dan berarti kelahiran
kembali. Maksudnya, usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan Yunani
dan Romawi klasik. Dalam sastra lahirlah humanisme, yang juga mencari
inspirasinya pada sastra Yunani dan Romawi. Renaissance ditandai oleh kelahiran
kembali di berbagai ilmu, seperti ilmu sastra, kesenian, filsafat, dan ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan alam berkembang pesat berdasarkan metode
eksperimental.
Nicolaus Copernicus, Johannes Kepler, dan Galileo Galilei
adalah contoh ilmuwan yang membawakan wawasan baru dengan penemuan-penemuan
yang penting. Copernikus, berdasarkan penyelidikannya, mengemukakan bahwa pandangan
geosentris yang dianggap benar selama berabad-abad sebelumnya ternyata salah.
Menurut Copernicus, bukan bumi yang menjadi pusat, melainkan matahari adalah
pusat jagad raya. Galileo Galilei kemudian memperkuat teori Copernikus tentang
heliosentrisme.
Di bidang filsafat, peletak dasar filsafat zaman renaissance
adalah Francis Bacon (1561-1623), seorang filsuf dari Inggris.
2.3.1.1
Filsafat Abad XVII
Tiga aliran besar filsafat yang muncul dan berkembang pada
abad XVII adalah rasionalisme, empirisme, dan idealisme. Berikut dibicarakan
tentang ketiga aliran tersebut.
1) Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham yang
mengajarkan bahwa sumber pengetahuan satu-satunya yang benar adalah rasio (akal
budi). Tokoh-tokoh terpenting aliran rasionalisme adalah Blaise Pascal, Baruch
Spinoza, G.W.Leibnitz, Christian Wolff, dan Rene Descartes (1596-1650).
Rene Descartes dijuluki Bapak
Filsafat Modern. Ucapannya yang terkenal adalah Coglto Ergo Sum (Aku berpikir
maka aku ada). Ungkapan ini mempunyai makna lebih dalam dari sekedar pengertian
harafiah. Dengan ungkapan itu hendak dinyatakan metode yang dianut Descartes
yakni metode kesangsian. Descartes mengatakan bahwa segalanya harus disangsikan
secara radikal, dan tidak boleh diterima begitu saja. Kalau suatu kebenaran
tahan terhadap kesangsian (artinya tidak disangsikan lagi), itulah kebenaran
yang sesungguhnya dan harus menjadi fondamen bagi ilmu pengetahuan.
Itulah sebabnya Cogito Ergo Sum
harus diartikan sebagai: saya yang sedang sangsi, ada. Bagi Descartes, berpikir
berarti menyadari. Jika saya menyangsikan, maka saya menyadari sungguh-sungguh
bahwa saya menyangsikan. Kebenaran itu pasti sebab saya mengerti dengan jelas
dan terpilah-pilah.
Menurut Descartes, dalam diri
manusia terdapat tiga ide bawaan sejak lahir, dan itulah yang merupakan
kebenaran. Ketiga ide bawaan itu adalah pikiran, Allah, dan keluasan.
Mengapa pikiran? Karena kalau saya
memahami diri sebagai makluk yang berpikir, maka hakekat saya adalah pemikiran.
Mengapa Allah? Kalau saya mempunyai idea "sempurna", harus ada
penyebab sempurna idea itu, karena akibat tidak pernah melebihi penyebabnya.
2) Empirisme
Empirisme adalah aliran yang
mengajarkan bahwa hanya pengalaman (lewat indra) merupakan sumber pengetahuan
yang benar. Jadi, empirisme bertolak belakang dengan pandangan rasionalisme.
Immanuel Kant kemudian mendamaikan kedua pandangan yang sangat ekstrim
tersebut.
Tokoh-tokohnya yang terpenting
adalah Thomas Hobbes dan John Locke, keduanya dari Inggris.
3) Idealisme
Filsuf-filsuf
besar Romantik lebih-lebih berasal dari Jerman, yaitu J. Fichte (q762-1814), F.
Schelling (1775-1854), dan Hegel (1770-1831). Aliran ini yang diwakili oleh
ketiga filsuf ini disebuut idealism. Dengan “idealism” disini diamksudkan bahwa
mereka memprioritaskan ide-ide berlawanan dengan materialsime yang
memprioritaskan dunia material, yang terpenting dari para idealis itu Hegel.
Banyak aliran filsafat dari abad kesembilan belas dan kedua pulu harus dianggap
sebagai lanjutan dari filsafat Hegel, atau justru reaksi terhadap filsafat
Hegel.
2.3.1.2
Filsafat Abad XVIII (Aufklaerung)
Aufklaerung berarti pencerahan (istilah bahasa Inggris untuk
ini adalah enlightment). Dinamakan demikian karena pada periode ini manusia
mencari cahaya baru dalam rasionya. Keadaan periode sebelum ini sering
diumpamakan dengan keadaan belum akil balig, di mana manusia kurang menggunakan
kemampuan akal budinya.
Salah satu ciri terpenting zaman Aufklaerung adalah
perkembangan pesat ilmu pengetahuan. Dalam fisika kita kenal ilmuwan besar
seperti Isaac Newton.Karena rasio mendapat tempat terhormat dan menjadi pusat
perhatian, maka orang mulai meragukan wahyu dan otoritas agama. Mudah
dimengerti, mengapa di Prancis muncul sikap antikristianisme dan
antiklerikalisme. gama kristen, sebelum periode ini, memainkan peranan
sangat menentukan.
Akal budi tidak diingkari, tetapi diletakkan pada fungsinya
sebagai pendukungiman dan wahyu. Penjelasan apapun yang tidak sesuai dengan
iman dianggap tidak benar.
Tempat para klerus dalam lingkungan yang memberi tempat penting
kepada agama memang sangat istimewa. Oleh sebab itu, pada masa pencerahan,
orang tak mau tunduk lagi kepada otoritas agama. Mulai berkembang pemikiran.
pemikiran bebas. Aufklaerung merintis jalan menuju revolusi Prancis tahun 1789.
Tokoh-tokoh terpenting filsafat masa pencerahan antara lain
George Berkeley dan David Hume (Inggris), Voltaire dan Jean-Jacques Rousseau
(Prancis), dan Immanuel Kant (Jerman). Filsuf paling penting untuk periode ini
adalah Immanuel Kant.
Seperti dikatakan di atas, Kant berusaha mendamaikan
pandangan rasionalisme dan empirisme. Menurut Kant, peran rasio dan pengalaman
sama pentingnya dalam proses mengetahui. Pengalaman indra dinamakannya unsur
aposteriori, sedangkan akal budi dinamakannya unsur apriori. Kant berpendapat bahwa
pengetahuan selalu merupakan hasil sintese unsur akal budi dan pengalaman. Akal
budi sendiri tidak dapat dipercaya begitu saja, demikian pula pengalaman
indera. Kita mengalami bahwa indra banyak kali menipu. Kita melihat mentari
sebagai sebuah benda langit bercahaya yang kecil, padahal dalam kenyataannya
matahari adalah badan angkasa yang sangat besar. Oleh sebab itu hasil
pengamatan indra harus diteguhkan oleh akal budi.
2.3.1.3
Filsafat Abad XIX
Aliran-aliran besar yang muncul sepanjang abad XIX adalah
idealisme Jerman, positivisme, dan materialisme. Berikut diuraikan secara
singkat aliran- aliran tersebut serta sejumlah tokohnya.
1) Idealisme Jerman
Idealisme adalah aliran yang berpandangan bahwa tidak ada
realitas obyektif dari dirinya sendiri. Realitas seluruhnya, menurut aliran
ini, bersifat subyektif.Seluruh realitas merupakan hasil aktivitas Subyek
Absolut (yang dalam agama dinamakan Allah).
Jadi, menurut idealisme rasio atau roh (idea) mengendalikan
realitas seluruhnya. Segala sesuatu merupakan tampakan-tampakan atau
momen-momen yang berkembang sendiri. Idealisme pada dasarnya bertentangan
dengan Platonisme.
Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah tiga filsuf Jerman
yakni J.G.Fichte ( 1762- 1814), F.W J.Schelling ( 1775- 1854), dan G.W.F. Hegel
(1770-1831). Filsuf paling penting di antara ketiganya adalah Hegel.
2) Positivisme
Aliran ini berpandangan bahwa manusia tidak pernah
mengetahui lebih dari fakta-fakta, atau apa yang nampak. Manusia tidak pernah
mengetahui sesuatu di balik fakta-fakta.
Oleh sebab itu, menurut positivisme, tugas ilmu pengetahuan
dan filsafat adalah menyelidiki fakta-fakta, bukan menyelidiki sebab-sebab
terdalam realitas. Dengan demikian, positivisme menolak metafisika.
Positivisme mempunyai persamaan dan perbedaan dengan
empirisme.Persamaan pada keduanya adalah bahwa keduanya mengutamakan pengalaman
indra. Akan tetapi positivisme hanya menerima pengalaman obyektif, sedangkan
empirisme menerima juga pengalaman batiniah/subyektif.
Tokoh-tokoh terpenting positivisme antara lain Auguste Comte
(1798-1857), John Stuart Mill (1806-1873), dan Herbert Spencer (1820-1903).
3) Materialisme
Aliran ini berpandangan bahwa seluruh realitas terdiri dari
materi. Artinya, tiap benda atau peristiwa dapat dijabarkan kepada materi atau
salah satu proses materiil. Materialisme merupakan aliran terpenting dan sangat
berpengaruh sepanjang abad XIX, bahkan sampai dewasa ini. Aliran ini muncul
sebagai reaksi terhadap idealisme Jerman.
Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah Ludwig Feuerbach
(1804-1872), Kari Marx (1818-1883), dan Friedrich Engels (1820-1895).
Pikiran-pikiran Kari Marx sering muncul dalam nama
materialisme dialektis dan materialisme historis. Nama-nama itu bukan berasal
dari Mara sendiri.Materialisme historis digunakan oleh Engels sesudah kematian
Marx. Sedangkan materialisme dialektis digunakan tahun 1891 oleh filsuf Russia,
G.Plekhanov.
Materialisme dialektis beranggapan bahwa perubahan kuantitas
dapat mengakibatkan perubahan kualitas. Perapatan materi dapat menghasilkan
suatu yang sama sekali baru. Dengan cara demikian, kehidupan berasal dari
materi mati, dan kesadaran manusia berasal dari kehidupan organis. Materialisme
historis berpandangan bahwa arah yang ditempuh sejarah ditentukan oleh
perkembangan sarana-sarana produksi materiil. Menurut Mara, titik akhir sejarah
adalah keadaan ekonomi tertentu, yakni komunisme, di mana milik pribadi diganti
milik bersama. Baru pada kondisi seperti itulah manusia mencapai kebahagiaannya.
Arah ini adalah suatu keharusan, suatu yang mutlak, tak dapat diubah dengan
cara apapun. Dan manusia dapat mempercepat proses itu dengan melakukan
revolusi.
2.4 Filsafat Kontemporer
Filsafat Barat kontemporer (abad XX) sangat heterogen. Hal ini disebabkan
antara lain karena profesionalisme yang semakin besar. Banyak filsuf
adalah spesialis bidang khusus seperti matematika, fisika, psikologi,
sosiologi, atau ekonomi.
Hal penting yang patut dicatat adalah bahwa pada abad XX
pemikiran- pemikiran lama dihidupkan kembali. Misalnya, Neotomisme,
Neokantianisme, Neopositivisme, dan sebagainya. Di masa ini Prancis, Inggris,
dan Jerman tetap merupakan negara-negara yang paling depan dalam filsafat.
Umumnya, orang membagikan filsafat pada periode ini menjadi filsafat
kontinental (Prancis dan Jerman); dan filsafat Anglosakson (Inggris).
Aliran-aliran terpenting yang berkembang dan berpengaruh
pada abad XX adalah pragmatisme, vitalisme, fenomenologi, eksistensialisme,
filsafat analitis (filsafat bahasa), strukturalisme, dan postmodernisme.
2.4.1
Pragmatisme
Pragmatisme
mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang akibat- akibatnya bermanfat secara
praktis. Jadi, patokan pragmatisme adalah manfaat bagi kehidupan praktis.
Kebenaran mistis diterima, asal bermanfaat praktis. Pengalaman pribadi yang
benar adalah pengalaman yang bermanfaat praktis. Aliran ini sangat populer di
Amerika Serikat. Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah William James
(1842-1910) dan John Dewey (1859-1952).
2.4.2
Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata fenomenon yang berarti gejala
atau apa yang tampak. Jadi, fenomenologi adalah aliran yang membicarakan
fenomena atau segalanya sejauh mereka tampak. Fenomenologi dirintis oleh Edmund
HusserI (1859-1938). Seorang fenomenolog lainnya adalah Max Scheler (1874 -
1928).
2.4.3
Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang memandang
segala gejala dengan berpangkal pada eksistensi. Eksistensi adalah cara berada
di dunia. Cara berada manusia di dunia berbeda dengan cara berada makluk-makluk
lain. Benda mati dan hewan tidak menyadari keberadaannya, tapi manusia sadar
bahwa dia berada di dunia. Manusia sadar bahwa ia bereksistensi. Itulah
sebabnya, segalanya mempunyai arti sejauh berkaitan dengan manusia. Dengan kata
lain, manusia memberi arti kepada segalanya. Manusia menentukan perbuatannya
sendiri. Ia memahami diri sebagai pribadi yang bereksistensi.
Jadi, eksistensialisme berpandangan bahwa pada manusia
eksistensi mendahului esensi (hakekat), sebaliknya pada benda-benda lain esensi
mendahului eksistensi. Manusia berada lalu menentukan diri sendiri menurut
proyeksinya sendiri. Hidupnya tidak ditentukan lebih dulu. Sebaliknya, benda-
benda lain bertindak menurut esensi atau kodrat yang memang tak dapat
dielakkan.
Tokoh-tokoh terpenting eksistensialisme adalah Martin
Heidegger (1883- 1976), Jean-Paul Sartre (1905-1980), Kari Jaspers (1883-1969),
dan Gabriel Marcel (1889-1973). Soren Kierkegaard (1813-1855), Friedrich
Nietzsche (1844- 1900), Nicolas Alexandrovitch Berdyaev (1874-1948) juga sering
dimasukkan ke dalam kelompok filsuf-filsuf eksistensialis.
2.4.4
Filsafat Analitis
Aliran ini muncul di Inggris dan
Amerika Serikat sejak sekitar tahun 1950. Filsafat analitis disebut juga
filsafat bahasa. Filsafat ini merupakan reaksi terhadap idealisme, khususnya
Neohegelianisme di lnggris.Para penganutnya menyibukkan diri dengan analisa
bahasa dan konsep-konsep.Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah Bertrand Russel,
Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Gilbert Ryle, dan John Langshaw Austin.
2.4.5
Strukturalisme
Strukturalisme muncul di Prancis
tahun 1960, dan dikenal pula dalam linguistik, psikiatri, dan sosiologi.
Strukturalisme pada dasarnya menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan
memiliki struktur yang sama dan tetap. Maka kaum strukturalis menyibukkan diri
dengan menyelidiki struktur-struktur tersebut. Tokoh-tokoh terpenting
strukturalisme adalah Levi Strauss, Jacques Lacan, dan Michel Foucoult.
2.4.6
Postmodernisme
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap modernisme dengan
segala dampaknya. Seperti diketahui, modernisme dimulai oleh Rene Descartes,
dikokohkan oleh zaman pencerahan (Aufklaerung), dan kemudian mengabadikan diri
melalui dominasi sains dan kapitalisme. Tokoh yang dianggap memperkenalkan
istilah postmodern (isme) adalah Francois Lyotard, lewat bukunya The Postmodern
Condition: A Report on Knowledge (1984).
Modernisme mempunyai gambaran dunia sendiri yang ternyata
melahirkan berbagai dampak buruk, yakni Pertama, obyektifikasi alam secara
berlebihan dan pengurasan alam semena-mena yang mengakibatkan krisis ekologi.
Dampak ini disebabkan oleh pandangan dualistiknya yang membagi kenyataan
menjadi subyek-obyek, spiritual-material, manusia-dunia, dsb. Kedua, manusia
cenderung menjadi obyek karena pandangan modern yang obyektivistis dan
positivistis. Ketiga, ilmu-ilmu positif-empiris menjadi standar kebenaran tertinggi.
Keempat, materialisme. Kelima, militerisme. Keenam, kebangkitan kembali
tribalisme (mentalitas yang mengunggulkan kelompok sendiri.
Istilah postmodern di luar bidang filsafat muncul lebih
dulu. Rudolf Pannwitz, dalam bukunya tentang krisis kebudayaan Eropa tahun 1947
menggunakan istilah manusia postmodern yang ciri-cirinya sehat, kuat,
nasionalistis, religius, yang muncul dari nihilisme dan dekadensi nihilisme
Eropa. Ia merupakan cermin kemenangan atas kekacauan yang menjadi ciri khas
modernitas.
Dalam perspektif filosofis istilah postmodern baru digunakan
tahun 1979, dan bukan didorong oleh postmodern di Eropa yang berlatarbelakang
arsitektur, melainkan dirangsang oleh diskusi tentang problem sosiologis
masyarakat postindustri di Amerika Utara. Dalam konteks ini Jean-Francois
Lyotard membuat laporan untuk Dewan Universitas Quebec tentang
perubahan-perubahan di bidang pengetahuan pada masyarakat industri maju karena
kemajuan teknologi informasi baru. Laporan itu terbit dalam bukunya yang
disebut di atas tahun 1979. Laporan inilah yang menjadi titik tolak
diskusi-diskusi filosofis tentang postmodernisme (Jurnal Filsafat, 1990: 9-10).
Ciri-ciri terpenting postmodernisme adalah (1) relativisme,
dan (2) mengakui pluralitas. Pada modernisme, pengetahuan merupakan suatu
kesatuan yang didasarkan pada cerita-cerita besar (grand narratives) yang
menjadi ide penuntun sampai ke penelitian-penelitian paling mendetil. Tapi
postmodernisme merelatifkan semuanya. Menurut para postmodernis, tidak ada
suatu norma yang berlaku umum. Tiap bagian mempunyai keunikan sehingga tak
dapat menerima pemaksaan ke arah penyeragaman. Dengan demikian, postmodernisme
mengakui pluralitas dan hak hidup individu atau unsur lokal (Sugiharto: 1996,
30-33)
Tokoh-tokoh postmodernisme terpenting, selain Lyotard,
adalah Jacques Derrida, Richard Rorty, dan Michel Foucoult.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Perkembangan filsafat dari masa ke
masa dimulai dari peradaban Yunani kemudian diakhiri pada penemuan-penemuan
pada zaman kontemporer. Perkembangan filsafat menununjukan bahwa perkembangannya
dari masa mengalami perubahan pada saat filsafat klasik memiliki sifat
kosmosentris yang sifatnya pemikiran yunani karena pada zaman klasik
dipengaruhi oleh yunani, pada abad pertengahan filsafat bersifat teosentris
artinya pemikiran bahwa semua hal di muka bumi ini akan kembali kepada Tuhan.
Sedangkan pada zaman modern filsafat bersifat antroposentris yang memusatkan
manusia sebagai pusat dari alam semesta. Artinya filsafat mengalami perubahan
tidak hanya paham yang yakini berdasarkan ilmu pengetahuan yang berkembang
filsafatpun ikut mengalami perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Maksum, Ali. 2011.Pengantar
Filsafat:Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Hamersma, Harry. 2008. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta:
Kanisius
Komentar
Posting Komentar